Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel Kembali Adakan Seminar dan Bedah Buku, Pasca Pergantian Kadis Baru

oleh -
oleh

Makassar, Mitrasulawesi.id–Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel, mengadakan Seminar dan Bedah Buku dengan judul Mutiara Laut Jumpea. Dengan di suport langsung dari Paguyuban Psikologi 2018 dan LPM Parangtambung, bertempat di Lt 2 Grand Sayang Hotel, Selasa (27/8).

Plt Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Muhammad Hasan, saat mengisi sambutan.

 

Plt Kadis Perpustakaan dan Kerasipan Sulsel saat sambutannya mengatakan, dinas kami selalu dipandang sebelah mata oleh OPD lainnya, seperti Dinas PU yang dilihat nampak kinerjanya karena pambangunan infrastruktur.

“Memang kami tidak terlihat kinerja kami, tidak seperti Dinas PU, karena kami kinerjannya tidak nampak, tetapi ketika ada anak-anak, remaja dan pemuda yang cerdas, maka distulah bukti kinerja kami,” tambah Muhammad Hasan, saat menjelaskan perbedaan kinerja dinasnya dengan OPD yang lain.

Baca Juga:  Mulai 1 September, Bapenda Sulsel Gratiskan Balik Nama Kendaraan hingga 30 November 2022

Beliau juga berpesan, agar acara bedah buku ini harus sering-sering dilakukan. Dimana saat tahun lalu, kegiatan bedah buku ini hanya 8 kali saja dalam setahun. “Kalau perlu ditambah 16, 32, 48 kali bedah buku diadakan, mengingat dengan cara seperti itu, dapat berdayakan minat baca,” kata Hasan Sijaya, seorang yang berlatar seniman ini.

Kemudiaan pada saat kegiatan seminar dan bedah buku di mulai, Muhammad Jufri sebagai pelaku dalam buku yang di bedah ini. Memberikan cerita yang memotivasi dan menginspirasi para peserta, yang datang seminar dan bedah bukunya.

Profesor muda ini mengatakan, bahwa judul buku Mutiara Laut Jumpea, atas ide dari sang istrinya, yang bernama Tri. Dimana asal kata mutiara, suatu benda berharga yang cara mendapatkannya itu, perlu pengorbanan besar dengan menyelam sampai jauh di kedalaman laut, jika mau mendapatkannya.

Baca Juga:  DAK dan DAU Mandek, DPRD Minta Dinas PU Prioritaskan Anggaran

Begitulah sosoknya yang lahir di sebuah pulau, yang bernama Jumpea. Dimana pulau tersebut membutuhkan waktu 5 sampai 6 jam, untuk perjalanan dari ibu kota Kabupaten Selayar.

“Bahwa disetiap kesulitan yang anda hadapi, jaganlah pantang menyerah, teruslah maju kedepan dan berfikirlah atas impianmu, karena akan mempengaruhi tindakan, sikap dan perilakumu,” tutur Jufri, sang mutiara laut dari pulau Jumpea.

Dikesempatan yang tak kalah pentingnya juga, editor dari buku ini, Bachtiar Adnan Kusuma. Sekaligus murid juga dari Prof. Jufri, menyampaikan bahwa Indonesia ini masih kalah bersaing dengan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand. dan bahkan kalah dari negara termiskin seperti India, dalam mencetak exlamper buku.

Baca Juga:  Kontrol PSBB Pj Wali Kota, Didampingi Camat Biringkanaya

“Padahal diketahui bersama, bahwa Indonesia dengan perpustakaan terbanyak, dengan posisi kedua setelah India. Ini cukup mengherankan, memang pemerintah saat ini orientasi pembangunannya bersifat fisik, masih jangka pendek. Belum melirik pembangunan nonfisik/absarak, yang jangka panjang,” ungkap Pengagas perpustakaan lorong.

Pengagas perpustakaan lorong, Bachtiar Adnan Kusuma, lewat kesempatan ini menghimbau kepada teman-teman undangan, untuk melakukan transformasi dan melakukan perubahan yang radikal. Agar mampu mengangkat literasi di Indonesia.

Adapun pembicara pada seminar dan bedah buku, ialah Plt Kadis Perpustakaan dan Kerasipan Sulsel, Muhammad Hasan, Dekan Fakulatas Psikologi UNM, Muhammad Jufri, dan Sekjend Penpro Pusat, Bachtiar Adnan Kusuma, bertindak modertor dari Duta Baca Sulsel, Reski Amalia Syafiin. Dan untuk peserta yang hadir, berjumlah kurang lebih 100 orang, dari pelbagai instansi.(Ube/WD)

Tinggalkan Balasan