Awal Mula Kerajaan Gowa yang Dipimpin Tu-Manurung Bainea

oleh -
Makan Sultan Hasanuddin yang juga menjadi tempat pertama kerajaan Gowa.

Gowa, mitrasulawesi.id– Kabupaten Gowa, merupakan daerah atau wilayah kerajaan Gowa Seperti diketahui di dalam sejarah, pada abad Ke XVII kerajaan Gowa, mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Said Tumenangari Papambatuna dan Sultan Hasanuddin Tumenangari Balla’ pangkana, pada masa itu kerajaan Gowa memegang hegemoni dan supremasi di daerah SulawesiSelatan, bahkan di daerah Indonesia bagian timur.

Perjalanan Gowa mengalami transisi wilayah dan kekuasaan, namun sampai pada masa awal Proklamasi Kermerdekaan, Gowa masih merupakan kerajaan/Swapraja yang sangat besar pengaruhnya di dalam kehidupan orang-orang suku Makasar. Raja Gowa atau
Sombaya di Gowa masih tetap merupakan Raja/tokoh yang sangat dihormati terutama oleh orang-orang Gowa dan orang-orang suku Makasar, maupun orang-orang Sulawesi Selatan pada umumnya. Gowa sering menjadi model daripada kehidupan kebudayaan dan kehidupan adat-istiadat orang-orang suku Makasar.

Kedatangan Tu-Manurung Bainea

Di Gowa sebelum kedatangan Tu-Manurung (Tu= Orang, Manurung= yang turun, Baine= Perempuan) terdapat lingkungan-lingkungan persekutuan hidup yang disebut borik atau Pakrasangang. Kata-kata ini dapat diartikan atau dijabarkan dengan negeri, tempat sekelompok manusia sekaum tinggal, bersama dalam ikatan persekutuan adat.

Baca Juga:  Peduli, Ketum Persit Kartika Chandra Kirana Beri Bantuan Paket Sembako Pada Petugas Covid

Pada mulanya terdapat sembilan buah negeri persekutuan kaum yang terkenal, yang kemudian menjadi wilayah asli Kerajaan Gowa, setelah Tu-Manurung itu datang. Tu-Manurung di Gowa ialah seorang wanita. Negeri-negeri persekutuan kaum yang kesembilan buah itu, masing masing dipimpiin oleh Ketua kaum dengan berbagai gelar, seperti Gallarang, Karaeng, Anrong Guru dan sebagainya.

Sembilan Kerajaan Kecil

Tiap-tiap negri mempunyai lambang kebesarannya sendiri seperti
bendera, benda-benda pusaka atau alat kebesaran yang menjadi alat
pengikat Kesetiaan Warga persekutuan kaum itu. Antara negeri yang satu dengan negeri yang lainnya, dalam lingkungan kesembilan kelompok kaum itu, terdapat hubungan-hubungan persaudaraan yang erat dan saling menghormati.

Untuk menjaga kepentingan bersama dalam menghadapi segala kemungkinan timbulnya saling sengketa, maka kesembilan persekutuan (kerajaan kecil) kaum itu, memilih seorang dari kalangan mereka menjadi Ketua yang disebut Paccallaya (orang yang memberi pencerahan). Paccallaya bukanlah ketua yang menguasai kaum. Paccallaya hanya berperan sebagai penasehat dan memelihara perdamaian antara mereka.

Baca Juga:  BPBD Libatkan Puluhan Laskar Pelangi di Program Unggulan Wali Kota

Tu-Manurung sebagai Pemimpin

Tetapi lambat laun sesuai dengan kebutuhan, diperlukan adanya
seorang pemimpin yang lebih dari hanya sebagai seorang wasit dalam
menyelesalkan sengketa. Diperlukan adanya seorang pemimpin langsung dan dapat menyelesaikan sengketa. Diperlukan adanya pemimpin langsung yang dapat menyatukan semua kaum dalam satu persekutuan yang lebin besar dan utuh. Mereka menginginkan sebuah negara yang pimpinannya diserahkan kepada satu bentuk kepemimpinan yang melebih Kepemimpinan seorang Paccallaya. Maka bersepakatlah mereka untuk mencari seorang tokoh yang sama sekali bebas dan hubungan kelompok
kelompok kaum yang ada.

Kepada tokoh yang akan ditentukan itu,
akan diserahi memimpin persatuan yang disebut Butta Gowa (Tanah
Gowa). Dua orang Ketua kaum yang diserahi tugas untuk mencari
tokoh itu, ialah Gallarang Mangasa dan Gallarang Tombolo. Akhirnya
menurut lontara kedua Gallarang itu menemukan tokoh yang mereka
perlukan, yakni seorang Tu-Manurung di atas bukit Tamalatea. Mereka
bersembilan sepakat menjadikan Tu-Manurung itu raja mereka. Antara
kesembilan Kepala kaum dengan Tu-Manurung terdapat suatu
perjanjian yang mengatur Kewajiban masing-masing dalam kekuasaan
Pemerintahan. Walaupun mereka telah menetapkan seorang Raja
yang akan mereka taati bersama, namun kekuasaan dan pimpinan atas
kaum mereka masing-masing tetap berada dalam tangan ketua-ketua
mereka.

Baca Juga:  Tim FKS Selayar Sambangi Lima Kecamatan di Kepulauan

Kesembilan orang ketua Kaum disamping jabatan masing
masing sebagai Kepala Negeri atau ketua kaum juga menjadi anggota
Dewan Kerajaan yang disebut Bate Salapanga ri Gowa (Panji yang
sembilan di Gowa).

Bersambung

(Redaksi)

Tinggalkan Balasan