Literasi di Cederai, Kata Tetta Sally Saat Mengisi Lapak dan Ngampus Literasi IPM Makassar

oleh -
oleh

Makassar, Mitrasulawesi.id – Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Makassar menggelar Lapak dan Ngampus Literasi di Pantai Losari, Minggu, (22/9/2019).

Kegiatan yang bertemakan “Menumbuhkan Semangat Literasi untuk Pelajar” ini dihadiri IPM se-kota Makassar dan masyarakat sekitar.

Dalam ngampus literasi ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Tetta Sally, penulis buku Perempuan Dilarang Bahagia dan Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Makassar, dan Aditya Permana, Penggiat litsrasi dan Ketua FLP Cabang Maros.

Baca Juga:  PLN Resmikan Rumah Kreatif BUMN Selayar dan Beri Bantuan Sepeda Listrik di Hari Jadi Selayar Ke 414

Ketua bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan, Lia Asmira mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program kerja bidang PIP itu sendiri dan kegiatan literasi ini adalah kegiatan pertama yang dilakukan bidang PIP.

“Semoga semangat literasi di kalangan pelajar maupun di masyarakat umum itu semakin membumi,” harapnya.

Dalam pemaparan, Tetta Sally mengatakan bahwa sekarang banyak film Indonesia yang telah mencederai literasi, seperti sinetron.

“Banyak film atau sinetron juga tidak sesuai dengan fakta, realitas atau kondisi yang terjadi contohnya seperti operan seorang kutu buku pasti orangnya suka culun atau suka dibuli. Maka akan diartikan tukang baca buku itu culuan padahal tidak seperti itu,” ujarnya.

Baca Juga:  Peningkatan Kinerja Tujuan Sinergitas Polres Sidrap dan PWI Sidkang

Dirinya juga menambahkan, jika ada sebuah buku yang disuka maka bawalah buku itu kemanapun kita pergi, dan anggaplah buku itu adalah kekasih yang tidak bisa hidup tanpanya.

Baca Juga:  Lewat Syukuran Hut Kodam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa : Patriot Pembela Rakyat

Di kesempatan yang sama, Aditya Permana mengungkapkan bahwa Penulis adalah orang yang paham dan mengerti kehidupan dirinya dan orang lain dengan bahasanya yang anggun.

“Ada banyak cara untuk mendapat inspirasi dalam memulai kepenulisan, misalnya seperti tontonan, tontonan itu bisa menjadi inspirasi kita,” ujarnya.

Dirinya juga menambahkan, seorang penulis harus perbanyak keluar, jangan menjadi seorang 4 K (kampus, kantin, kost, dan kuota)

Penulis : Dwi Hariati Novitasari
Editor : Fahrizal Ubbe

Tinggalkan Balasan