Suku Bugis dan Suku Makassar Bukan Satu Kesatuan, ini Perbedaannya

oleh -
oleh

Mitrasulawesi.id– Banyak yang mengira bahwa Makassar adalah identik dan serumpun dengan suku Bugis karena marak dan populernya akan istilah “Bugis Makassar”. Hingga pada akhirnya kejatuhan kerajaan Gowa Tallo [Makassar] pada VOC Belanda yang dibantu oleh para loyalitas lokalnya. Segala potensi Makassar dimatikan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Di mana pun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya.

Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu di bawah pimpinan Spellman menjulukinya dengan “Si-Bajak-Laut”

Dari segi linguistik, bahasa Makassar dan bahasa Bugis berbeda, walau kedua bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok ini, bahasa Makassar masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Turatea, Bentong, Konjo dan Selayar, sedangkan bahasa Bugis masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Campalagian dan dua bahasa yang ditutur di pulau Kalimantan yaitu bahasa Embaloh dan bahasa Taman.

Baca Juga:  DPK Sulsel Gandeng BAK Terus Tularkan Budaya Membaca, Kini Torut Jadi Sasaran

Perbedaan antara bahasa Bugis dan Makassar ini adalah salah satu ciri yang membedakan kedua suku tersebut. Pikiran bahwa Bugis dan Makassar adalah serumpun berasal dari penaklukan kerajaan seperti Bone dan Wajo oleh Gowa.

SUKU MAKASSAR

Suku Makassar adalah nama sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.” Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut.

Baca Juga:  5nd Anniversary BBC Makassar Perkuat Persaudaraan Antar Bikers

Tak heran pada tahun 1511 yang dirintis oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisik Kallongna hingga abad hingga Perjanjian Bungaya pada tahun 1667, dengan simbol kerajaan Gowa Tallo mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, sebagian Timor Leste dan Australia bagian utara.

Baca Juga:  Kapolsek Biringknaya ke Sekolah, Ingatkan Pelajar Agar Tidak Terlibat Kriminalitas

Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan beberapa kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara. Dalam Dunia Internasional
menjalin hubungan dengan gubernur di Manila, raja muda di Goa India selatan, presiden di Coromandel, Mir Jumla di Machhilipatnam, penguasa di inggris, penguasa di portugis, penguasa di spanyol dan berteman dengan mufti di Mekkah.

Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan VOC Belanda yang dikenal dengan nama Perang Makassar. Suku Makassar adalah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi, meliputi wilayah Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, sebagian Pangkajene dan Kepulauan, dan sebagian besar Bulukumba.(rls/tim)

Tinggalkan Balasan