Makassar, mitrasulawesi.id — Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gowa Raya, Sulawesi Selatan, mencurigai data pengguna BBM pada aplikasi My Pertamina berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan Pemilu 2024.
Hal itu ditegaskan Ketua Umum HMI Gowa Raya, Ardiansyah Rajjako. Kecurigaan HMI dilatari kebijakan pengisian Pertalite menggunakan My Pertamina, muncul begitu saja tanpa pernah melalui proses sosialisasi dan uji publik secara luas.
“Sejak dulu orang yang mau isi bensin atau pertalite dilarang mengaktifkan Handphone. Tapi kok sekarang tiba-tiba pakai aplikasi smartphone? Ini kami curigai data-data pengguna My Pertamina berpotensi disalahgunakan apalagi menjelang pesta demokrasi 2024,” kata Ardiansyah Rajjako di Makassar, Senin, 4 Juli 2022.
Ardiansyah berpendapat, pemerintah atau pihak BUMN Pertamina seharusnya belajar dari kebocoran data peserta BPJS Kesehatan hingga aplikasi Electronic Health Alert Card atau eHac milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
HMI Gowa Raya meragukan keamanan aplikasi My Pertamina, apalagi jika server penyimpanan data-data pribadi pada aplikasi ini dikendalikan pihak ketiga. Dia juga menyebut belum ada payung hukum yang melindungi data pribadi masyarakat jika bocor.
“Siapa yang bisa menjamin bahwa data ini tidak akan bocor atau diselewengkan? Pertamina atau Kementerian BUMN pun tidak bisa menjamin. Apalagi berbicara aplikasi penghimpun data, kita masih sangat rentan dibobol. Sementara RUU perlindungan data pribadi belum disahkan,” katanya.
Selain itu, lanjut Ardiansyah, data pengguna My Pertamina sangat “seksi”, sebab setiap pendaftar harus menyertakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan atau KTP serta nomor handphone.
“Mereka-mereka inilah sebagian besar akan terdaftar sebagai pemilih pada 2024 berdasarkan NIK pada KTP-nya. Data yang masuk ke My Pertamina tercatat by name by addres. Kami curiga dan mengkhawatirkan data ini bocor untuk kepentingan 2024, apalagi kita tahu bersama bahwa bos Kementerian BUMN digadang-gadang nyapres,” papar Ardiansyah yang juga Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Unhas.
Di sisi lain, kata Ardi, penggunaan aplikasi My Pertamina untuk mengisi BBM di SPBU akan menyulitkan masyarakat yang tidak bisa mengakses smartphone.
“Seharusnya PT Pertamina memfokuskan mengatasi kelangkaan BBM dan gas LPG di banyak daerah, bukan menambah sistem baru yang kontradiktif. Selain itu, aplikasi ini juga menyulitkan banyak orang-orang tua kita yang masih gagap smartphone. Itu yang harus dikaji dan disadari Pertamina,” tegas Ardiansyah.
Aplikasi My Pertamina untuk mengisi BBM dalam tahap uji coba di beberapa wilayah. Sulsel sendiri belum termasuk wilayah yang disasar kebijakan ini.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.