Sidrap, MitraSulawesi.id–Indonesia saya anggap cukup unik. Hari-hari nasional selalunya di peringati setiap tahun, Hari Guru Nasional salah satunya, 24 November setiap tahun pasti ramai ucapan-ucapan selamat baik di dunia maya maupun di dunia nyata, dan tidak sedikit orang-orang yang berpengaruh di sebuah daerah itu ikut mengucapkannya, lantas apakah ucapan selamat itu sebuah ceremonial belaka atau lebih dari itu?
Para Tokoh yang lahir di negeri ini tidak terlepas dari peranan Guru di negeri ini, Tokoh-tokoh pun yang lahir berbagai macam karakter, ada tokoh yang membangun negeri ini dan ada pula yang merusak. Para Guru sangat bangga jikalau mantan siswanya bisa menjadi orang yang berpengaruh di negeri ini. lantas apakah para Guru juga harus bangga jikalau mantan siswanya melakukan tindakan korupsi?
Saya ingin meminjam ucapan dari Ketua DPD Assosiasi Guru pendidikan Agama Islam (AGPAII) Kabupaten Sidrap, Sahabuddin Pakkadja, beliau mengatakan “guru harus bisa menginspirasi, memotivasi, dan menjadi teladan.” Terlintas tanda tanya di benak pikiran saya “apakah hari ini guru di negeri ini sudah menjadi motivator, inspirator, dan juga teladan?” atau jangan-jangan di negeri ini para Guru krisis keteladanan ? meminjam kata ebiet dalam lirik salah satu lagunya, “coba kau bertanya pada rumput yang bergoyang.”
Guru sebagai profesi dan Guru sebagai pengabdi saya mengasumsikannya sebuah dilematis bagi para Guru, kenapa tidak ? para Guru ingin totalitas mengabdi di negeri ini lantaran negara tidak serius memperhatikan kesejahteraannya. Akhirnya beberapa guru terpaksa merangkap profesi, selain menjadi guru juga mencari profesi lain. Hal itu tentunya bisa menghambat komitmen para guru untuk melakukan pembinaan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kita tidak usah menanyakan kontribusi para Guru di Negara ini, melainkan kita perlu mempertanyakan sejauh mana Negara berkontribusi terhadap para Guru. Makanya sangat penting suatu Negara memperhatikan kesejahteraan guru. Bukankah masa depan nasib suatu bangsa ada pada Guru ? terus kenapa tidak masa depan guru ada pada Negara.
Makanya melalui tulisan yang sederhana ini, saya ingin mengajak para pembaca di momentum Hari Guru Nasional ini kita bersama-sama merenungkan kondisi ppendidikan kita hari ini, sehingga Hari Guru Nasional di tahun ini bisa menjadi rekonstruksi dunia pendidikan guna peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Saya memohon maaf apabila dalam tulisan ini memiliki banyak kesalahan, baik dari tutur kata dalam tulisan ini, maupun dari segi kualitas tulisan ini. Karena saya sadar tulisan ini masih jauh dari nilai-nilai kesempurnaan. Saya mengucapkan rasa terima kasih saya kepada para pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan yang sederhana ini, karena saya sadar tulisan ini tidak ada manfaatnya manakalah tidak memiliki pembaca.
Penulis
Hamka
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.