Soppeng, mitrasulawesi.id–
Cabenge ‘tempo doeloe’ (kejadian dulu) adalah ibu kota kerajaan Lompengeng sebelum berubah menjadi Lilirilau, 12 kilometer ke arah timur kota Soppeng, terdapat sebuah daerah bernama Cabenge.
Dalam epos I La Galigo Lompengeng sudah sering disebut, dan salah satu Laksamana Angkatan Laut Sawerigading bernama La Mappatudu dari Lompengeng. Dalam epos tersebut La Mappatudu disebut sebagai sepupu dua kali Sawerigading (Baca I La Galigo terjemahan La Side bersama Kern Penerbit Gajah Mada University Press).
Lompengeng dan Cabenge berasal dari Bahasa Bugis Kuno (Galigo) dengan arti sebagai berikut :
1. Lompeng artinya merayap atau merantau. Bila Lompeng berubah menjadi Lompengeng artinya tempat perantauan. Hal ini bisa dilihat dalam ungkapan ini. Lompengeng ri maje artinya berpindah ke alam arwah (meninggal dunia). Dengan demikian Lompengeng berarti tempat perantauan yang baik.
Sedangkan kata Cabeng berasal pula dari bahasa bugis kuno (galigo). Artinya “datang”.
Bila Cabeng ditambah é dibelakangnya menjadi cabengé berarti tempat yang didatangi. Penggunaan kata Cabeng dapat dilihat dalam ungkapan sure Galigo seperti, “cabeng maccokong Opunna Ware” artinya “datang lalu duduk Opunna Ware”. Dengan demikian bila cabeng ditambah é dibelakngnya menjadi Cabengé maka berubah artinya menjadi “tempat yang didatangi”.
Dari arti nama tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Lompengeng dengan ibu kotanya Cabenge, merupakan kota pesisir yang bagus didatangi. Atau tempat perantauan yg baik.
Mungkin ada benarnya, karena dalam realitas obyektifnya awal kedatangan orang Cina di Soppeng mula kalanya di Cabenge. Begitupun org Arab (Tuang Thaha), orang Pakistan (Gulham Nabi atau Tuang Golla), orang Toraja, orang Sidrap, orang Sengkang, orang Ujung dari Bone, dan Dr. Benyamin Fredrik Matthes pernah pula berkunjung ke Lompengeng.(Ahmad Saransi)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.