Gowa,mitrasulawesi.id– Rangkaian Sipakatau Gotong Royong Gerakan Kebudayaan dari Sulawesi yang bekerjasama dengan Tim Mitologi Bumi Sulawesi (MBS) kembali mengadakan diskusi terbuka yang bertajuk Diskografi dan Bedah Dokumenter yang bertema “Diaspora di Sulawesi dari masa ke masa”.
Diskografi dan Bedah Dokumenter seaseon 3 ini diadakan di New Tosil Cafe & Resto, Jl Tun Abdul Razak Gowa, Kamis, 13/10/22, mulai pukul 20.00 wita hingga selesai.
Diskusi ini dihadiri berbagai kalangan, mulai dari pemerhati budaya, akademisi, tokoh adat budaya hingga penonton setia MBS dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Diskusi terbuka ini dipandu oleh Prof Dr Halilintar Latif dan Muh, Isra DS. Dalam diskusi tersebut, para peserta cukup antusias menyimak jalannya diskusi. Tanggapan, pendapat dan pertanyaan datang silih berganti dari para peserta diskusi.
April, penonton setia MBS, yang juga pelajar menjelaskan bahwa salah satu contoh diaspora yang terjadi yakni orang-orang bugis yang berdiaspora ke Sumatera Selatan. April bilang, penyebabnya terjadinya Diaspora orang bugis di Sumatera Selatan yaitu seperti adanya DI TII begitupun faktor ekonomi.
“Diaspora yang ada di Sumatera Selatan adalah orang Bugis, sehingga orang di Sumatera jika berbicara terkait dengan Sulawesi Selatan, maka yang di kenal itu hanya suku bugis, sementara suku lain dia tidak kenal, seperti Makassar, Mandar dan Toraja” jelas April.
Muh. Hatta Hanzah Dg Gajang, selaku Tokoh Adat dan Budaya yang juga turut hadir dalam acara tersebut juga angkat bicara. Menurut Dg Gajang, beberapa contoh diaspora seperti di daerah Kolaka ada kampung toraja. Alasan terjadinya diaspora karena persoalan agama. Begitupula Tolotang, yabg saat ini mendiami wilayah Sidrap, juga akibat dispora dari Kabupaten Bone.
Sementara itu, Putri Ratu, Ketua Forum Perempuan Gowa menyampaikan bahwa di daerah Bollangi terdapat satu rumpun keluarga yang semuanya menggunakan bahasa bugis, ternyata setelah di telisik hal tersebut juga akibat diaspora yang berlangsung beratus tahun lamanya, yakni saat raja Gowa yang Ke-11, I Taji Barani Dg Marumpu.
Karena mereka memang keturunan orang bone, makanya tetap mempertahankan bahasanya sekalipun telah hidup dan menetap di Gowa.
Prof Dr Halilintar Latif dalam memandu acara diskusi tersebut, di akhir acara menyampaikan, jika diaspora yang terjadi di Sulawesi Selatan itu memberikan dampak yang besar terhadap proses keberlangsungan hidup masyarakat Sulawesi Selatan, seperti perkembangan teknologi, ekomoni, sosial, bahasa, begitupula adat dan budaya.
IIchwal Ahmadi sekalu Direktur MBS, dalam closing statementnya menyampaikan bahwa diaspora yang terjadi di Sulawesi Selatan itu telah membawa perubahan besar bukan hanya di Nusantara tetapi Dunia, salah satunya apa yang telah di torehkan oleh Lamaddukelleng dalam bidang ekonomi.(Isra /tim )
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.