Ketua Umum DMI itu menyebut lima rukun Islam yang dua di antaranya adalah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang mampu yakni zakat dan haji. “Agama kita sangat mendukung untuk maju disektor ekonomi. Disitulah harga yang harus kita laksanakan karena disitulah kekurangan kita selama ini. Kita harus prihatin jika hanya mampu melaksanakan tiga rukun Islam,” tegasnya lagi.
JK juga menyebut, setiap tahun Indonesia mencetak hampir satu juta sarjana. Namun ironisnya, yang diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) hanya sekitar 250 ribu orang. Selebihnya harus berjuang untuk bekerja sendiri. Olehnya itu, JK dengan ekstrim meminta para alumni Universitas Muhammadiyah melupakan cita-cita jadi PNS.
“Sekarang coba lupakan ingin jadi pegawai negeri. Jadilah pengusaha seperti tuntutan agama kita. Kita hanya kurang semangat melakukan itu Befikirlah dan mulailah,” katanya memompa semangat para alumni.
“Jangan mengeluh, karena mengeluh tidak menyelesaikan persoalan. itu tantangan yang berat” imbuh Ketua Umum PMI itu lagi.
JK mengingatkan, sebagai penduduk dengan muslim terbanyak di Indonesia, maka umat Islam pasti memiliki banyak sarjana. Sayangnya hanya sedikit yang berani menghadapi hidup menjadi pengusaha. “Mulailah bertebaran. Jangan kebanyakan ngopi, kebanyakan ngobrol dan kebanyakan main game. Itu tidak baik Kita kekuragan pengusaha yang memajukan bangsa ini,” ungkap JK yang disambut tawa lepas para alumni.
Tak lupa ia membeberkan, jika para pendiri organisasi Islam di Indonesia adalah para pedagang. Seperti pendiri Muhammadiyah dan pendiri Nahdathul Ulama (NU). Bahkan tokoh-tokoh penyebaran Islam di Indonesia adalah pedagang-pedangang yang merangkap ulama.
Lebih jauh, JK juga menyadarkan mahasiswa tentang pentingnya untuk tetap meningkatkan ilmu pengetahuan. Menurut JK, tidak ada negara maju tanpa ilmu.
“Demikian halnya dengan kemajuan Islam yang juga didasari oleh kemajuan ilmu dan teknologi,” pungkasnya. (*)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.