Mitrasulawesi.id– Karaeng Patingaloang adalah sosok cendekiawan yang dimiliki oleh kerajaan Gowa-Tallo, karena itu pedulinya terhadap ilmu pengetahuan, sehingga seorang penyair berkebangsaan Belanda yang bersama Joost van den Vondel, sangat memuji kecendikiawannya dan membahasakannya dalam sebuah syair sebagai berikut:
“Wiens aldoor snuffelende brein Een gansche werelt valt te klein”
Yang artinya sebagai berikut: “Orang yang pikirannya selalu dan terus menerus mencari sehingga seluruh dunia rasanya terlalu sempit baginya”.
Karaeng Patingalloang tampil sebagai seorang cendekiawan dan negarawan di masa lalu. Sebelum beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan untuk generasi yang ditinggalkan antara lain sebagai berikut:
Ada lima penyebab runtuhnya suatu kerajaan besar, yaitu: 1. Punna taenamo naero nipakainga’ Karaeng Maggauka, 2. Punna taenamo tumanggngaseng ri lalang Pa’rasangnga, 3. Punna taenamo gau’ lompo ri lalang Pa’rasanganga, 4. Punna angngallengasemmi soso’ Pabbicaraya, dan 5. Punna taenamo nakamaseyangi atanna Manggauka.
Yang artinya sebagai berikut: 1. Apabila raja yang memerintah tidak mau lagi dinasehati atau diperingati, 2. Apabila tidak ada lagi kaum cerdik cendikia di dalam negeri, 3. Apabila sudah terlampau banyak kasus-kasus di dalam negeri, 4. Apabila sudah banyak hakim dan pejabat kerajaan suka makan sogok, dan 5. Apabila raja yang memerintah tidak lagi menyayangi rakyatnya.
Beliau wafat ketika ikut dalam barisan Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Setelah wafatnya, Karaeng Patingalloang kemudian dianugerahi gelar anumerta Tumenanga Ri Bonto Biraeng.(Tim)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.