Opini, MitraSulawesi.id– Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan layaknya sebuah rumah bersama para pemuda yang terdidik untuk memberikan gagasan serta kontribusi sumbangsih terbaiknya dalam membangun bangsa dan negara. Para mahasiswa muslim dengan berbagai aliran berkumpul bertukar pikiran membangun jejaring dan sistem pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas diri, dan ruang aktualisasi untuk umat dan bangsa. Mereka menyakini bahwa negara bangsa serta agama, memiliki persinggungan yang erat, harmonisasi dari ketiganya akan membentuk tatanan sosial yang maju, sejahtera, makmur dan keberkahan selalu terlimpahkan, oleh sebab itu misi keumatan dan kebangsaan HMI di rumuskan dengan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Inilah perkumpulan kaum terdidik yang akan memiliki pengaruh dan sumbangsih nyata bagi umat, bangsa dan negara di masa depan, merupakan aset negara serta harapan masyarakat Indonesia (Jendral Sudirman).
Peran fungsi dan pengaruh layaknya sebagai sebuah organisasi yang tidak bisa di katakan muda, menuju 75 tahun berada di tengah masyarakat sejak 1947 tahun silam. Kedewasaan seiring berjalan dan menuanya waktu mengharuskan organisasi ini semakin matang dan dewasa dalam menghadapi berbagai dinamika serta tantangan zaman. Jati diri, pondasi etis serta berbagai value yang sudah di tanamkan oleh pendiri, penggagas serta kanda dan ayunda yang jauh lebih dulu berproses adalah sebuah modal yang sangat berharga untuk menyongsong masa depan himpunan ini. Tokoh bangsa, Akademisi Intelektual, Sejarawan, Politisi, Pengusaha, Birokrasi, Tokoh Agama, cukup lamanya berkiprah menyebabkan alumni HMI berhamburan dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Hal ini perlu di konsistensikan bahkan terus di dorong untuk terus produktif dalam kaderisasi, menjadi motor dan garda terdepan untuk melakukan perubahan di masyarakat menjadi relevan dengan zaman serta menuju arah pos positivisme umat dan bangsa. Sehingga terus dan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju globalisasi dan kebaikan umat manusia di dunia selayaknya kader HMI di harapkan dapat dan mampu mengemban amanah sebagai khalifatullah di muka bumi. “Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi”. Qs Al An’ am ayat 165.
Sebagai sebuah khasanah nusantara, asset marwah HMI perlu di jaga dan terus di suntikkan kepada kader kadernya dari periode ke periode, generasi ke generasi dan masa ke massa. Selayaknya gagasan dasar adanya kelompok Marxian terkait dengan sebuah kritikan yang memungkinkan memunculkan sebuah gagasan, tantangan dan perbaikan terhadap suatu hal kususnya tatanan sosial, HMI juga perlu membuka ruang yang lebar terhadap kritik yang masuk untuk terus berbenah diri menuju perbaikan untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul sehingga kuantitas, kualitas, dan produktifitas kader HMI dapat di jaga beriringan dengan perkembangan zaman. Gagasan autokritik mencoba terus di hembuskan untuk kader HMI selalu mawas diri, seperti narasi 44 indikator kemunduran HMI dari seorang kader yang berada pada 3 perioodenisasi zaman (orde lama, baru dan zaman reformasi) yaitu kanda Agussalim Sitompul. HMI Perlu memperhatikan dengan serius, apabila tidak mau organisasinya di gilas oleh zaman, menjadi usang dan akan tumbang. “Ukuran Kecerdasan adalah kemampuan untuk berubah” – Albert Einstein.
Saya sangat tag’dim terhadap beliau kanda Agusalim Sitompul, kecintaan terhadap himpunan tidak pernah lekang oleh waktu, memperhatikan mengikuti dan terus mengawal perkaderan dari masa ke massa. Dalam sebuah tantangan 44 indikator HMI sampai saat ini tidak ada yang dapat menyangkal secara signifikan terhadap gagasan kemunduran HMI, namun secara filosofi memang benar “semakin tinggi pohon akan tumbuh, maka akan semakin besar pula angin yang akan menerpa”. Sehingga pertumbuhan HMI yang kini mencapai jumlah yang signifikan lebih dari 202 cabang kabupaten/kota seluruh Indonesia, puluhan ribu kader HMI sudah tercetak dan mengabdi di masyarakat, berhamburanya kader HMI menjadi pertanda tumbuh kembang dan semakin harusnya organisasi ini untuk mawas diri, karena angin tantangan akan semakin besar yang akan menguji kelayakan organisasi ini, relevansinya pertumbuhan waktu dan kedewasaan untuk berbicara eksistensinya mengabdi dan berkontribusi di masyarakat dari masa ke masa. (Semakin tingginya pohon maka akan semakin kencang pula angin yang menerpa, Biarkan mereka menjadi angin, dan engkau fokuslah pada pohon yang terus tumbuh tinggi), – Fiersa Besari
Masa orientasi mahasiswa baru, menjadi sebuah masa periodenisasi penghayatan perkaderan baru, termasuk juga HMI, namun siapa sangka dari waktu kewaktu daya tarik dan daya pikat organisasi ini semakin menurun, sekertariat tidak lagi menjadi sebuah markas intektual, HMI Kehilangan basis-basis intelektual di perguruan tingginya, kajian terhadap isu lingkungan semakin tidak di minati, menjauhnya nilai islam dalam diri kader himpunan, serta berbagai hal realitas perkaderan hari ini yang nampak pada 44 indikator kemunduran hmi, sangat begitu relavan setelah lebih dari 15 tahun di terbitkan. Rentan waktu yang singkat untuk mengatasi penyakit himpunan ini, namun bisa malah sebaliknya merupakan waktu yang sangat besar dan panjang untuk virus yang mengamputasi pergerakan HMI ini untuk berkembang, dan bermutasi menjadi virus yang mempercepat bubarnya organisasi ini. Bukan hanya kemunduran tapi narasi pembubaran sudah sering di gaungkan, terutama dari nilai moral dan etis, sekelumit citra yang muncul dari kemunduran kader HMI.
Sejak terbitnya buku 44 indikator kemunduran HMI, yang melintasi awal periode reformasi saya menyayangkan kanda Agussalim Sitompul kurang memaparkan terkait dengan potensi tantangan yang sekiranya dalam waktu dekat akan mengamputasi perkaderan HMI, yang saya kira teknologi dan digitalisasi tumbuh dan berkembang seiring dengan demokrasi yang di bukakan kran sangat besar oleh reformasi pada tahun 1998. Sehingga saat ini, kegagapan kader HMI dalam menyikapi tantangan profesionalisme bidang garap, serta teknologi digitalisasi sangat nampak, terpaparnya arus globalisasi tidak di barengi dengan penguatan individu kader, sehingga terbawa arus dan semakin menjauh dari mission HMi itu sendiri. Penguasaan kemampuan individu (Individual ability), responsitas (responsibility), Adaptabilitas (Adaptability), terlemahkan oleh arus global sehingga menurunkan , akuntabilitas dan kredebnilitas kader, menurunya nilai kader (cadre value) membuat jatuhnya organisasi semakin nyata dan cepat. Hal ini butuh keseriusan dalam penanganan, Bersatu, bergotong royong dalam membangun himpunan.
Kader Hmi di harapkan terus mengupgrade diri untuk berkembang guna menghasilkan daya saing global yang profesional, terlebih dalam bidang teknologi dan digitalisasi sehingga kemampuan teknis terkait kebutuhan zaman era 4.0 dapat di jawab dengan skill yang cakap. Kader hmi akan berpacu dengan modernisasi terutama keberlangsungan revolusi Industri, karena arah tuntutan globalisasi yang di pilih masyarakat Indonesia, HMI harus bisa merekatkan teknologi digitalisasi ke dalam diri, dan menyuntikkan sydromnya ke masyarakat sehingga masyarakat akan semakin cerdas, modern serta kehidupan keseharianya jadi lebih mudah dan berkualitas. Keberadaan HMI juga akan semakin di lihat nyata, kehadiranya dalam suatu masa dan kontribusinya yang semakin nyata.
Arus kualitas moril internal kader HMI juga harus di tingkatkan seperti melalui peningkatan pemahaman dan penginterpretasian nilai-nilai ke islaman dalam jati diri individu kader HMI, poros politik dan kekuasaan harus di imbangi dengan semangat islami, sehingga dapat memunculkan kader yang memang berorientasi pada umat dan bangsa. Spiritualitas kader HMI layak untuk menjadi awal dan akhir dalam sebuah perjuangan untuk mencapai tujuan HMI, mengiringi dalam setiap perjalanan, proses dan usaha serta langkah perjuangan karena exitingnya adalah ridho Allah SWT.
Salah satu organisasi tertua di Indonesia ini, mengharuskan berfikir jauh kedepan, melintasi waktu dan massa, teguran tuhan terhadap umat manusia kian hari semakin nyata, Pandemi Covid-19 telah merubah berbagai pola dan gaya hidup manusia, secara dunia. Umat manusia di paksa untuk melakukan tindakan-tindakan mencegah (preventif), penyesuaian, serta pemahaman akan pentingnya arti kesehatan secara berkelanjutan (sustainable). Dalam rangka menjaga keberlangsungan kehidupan umat manusia dan bumi, HMI harus dapat hadir untuk memberikan kontribusinya terhadap upaya upaya pencegahan penyebaran dan penanganan Covid-19 serta potensi kerusakan lingkungan (Environment Demage), demi masa depan dan keberlangsungan umat manusia selayaknya sifat dan sikapnya sebagai khalifatullah di muka bumi. HMI harus berorientasi pada hal-hal yang sifatnya berkelanjutan (sustainable), kususnya yang vital bagi kehidupan manusia di Indonesia, dan dunia.
Rasa syukur tidak terhingga saya sematkan dalam doa, Himpunan yang saya cintai sudah mencapai usia ke75 tahun. Bukan hal yang mudah untuk tumbuh sejauh ini, jatuh bangun , dari berbagai tantangan sudah di lalui. Tidak ada kata untuk berhenti, namun selayaknya pohon yang terus di siram dan di pupuk, himpunan mahasiswa Islam harus terus tumbuh, menjawab segala tantangan dengan berbagai asumsi gizi perkaderanya. Saya optimis, virus yang ada di HMI masih bisa di obati tanpa harus mengamputasi atau bahkan membunuhnya, melainkan dengan semangat keseriusan, kebersamaan dan atas ijin tuhan yang maha kuasa Insha Allah HMI tetap akan menjadi harapan masyarakat indonesia kemarin, sekarang dan masa depan. HMI berkontribusi untuk umat, bangsa, Indonesia dan Dunia.
Penulis
Nurjannah
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.