Mahasiswa STIEM Dan UNHAS Kolaborasi Turunkan Angka Stunting Di Desa Panaikang

oleh -
oleh

Gowa, mitrasulawesi.id — Jumat, 29 Juli 2022 menjadi hari yang istimewa bagi Desa Panaikang, Kec. Pattalassang, Kab, Gowa. Yang dimana dua kampus berkolaborasi untuk melaksanakan program kerja melalui mahasiswa KKL STIEM Bongaya Angkatan 45 Kelompok 8 dan Mahasiswa KKNT UNHAS Stunting Lokus Gowa.

Pelaksanaan program kerja kali ini berfokus untuk menurunkan angka stunting di Desa Panaikang, mahasiswa kedua kampus memperkenalkan budidaya Ikan Nila sebagai solusi. Acara dihadir oleh kepala dusun, perwakilan masing-masing desa serta mahasiswa dari kedua posko, termasuk mahasiswa KKNT Unhas dari posko Je’nemadinging dan Paccelekkang.

Pada kesempatan pertama, Ignacia Corina mewakili Mahasiswa KKNT Unhas  menjelaskan serta mendemokan mengenai budidaya ikan nila berbasis rumahan melalui program budidaya dalam ember. Dalam penjelasannya, ikan Nila yang dibudidayakan sangat ekonomis, karena membutuhkan peralatan sederhana seperti Ember besar, sayur kangkung, arang dan air.

Baca Juga:  Tidak Terima Hasil Konferensi Provinsi, Wasir Thalib Bawa ke Rana Hukum

“Jadi cocok untuk dibudidayakan di rumah, karena dapat juga membudidayakan sayur kangkung untuk konsumsi sehari-hari.  Manfaat dari ikan Nila juga sangat banyak, terutama kandungan proteinnya yang sangat tinggi dan mampu meningkatkan nafsu makan. Fakta ini yang menjadi landasan mengapa Ikan Nila yang dipilih. Ikan Lele dan Gabus pun dapat dijadikan sebagai bahan pangan untuk mencegah dan mengatasi Stunting karena sama-sama mengandung protein yang tinggi” Pungkasnya.

Selanjutnya, pihak Stiem Bongaya diwakili oleh Pembimbing Dr. Muhammad Irfai Sohilauw., S.Kom., M.M menjelaskan jenis budidaya Ikan Nila menggunakan Bioflok. Menurut Irfai, sistem tersebut sangat cocok untuk daerah yang susah air, cuaca tidak menentu serta lahan yang sempit. Selain itu, sistem Bioflok ini juga akan menghemat pakan karena makanannya nanti berasal dari Bioflok.

Baca Juga:  Mentan SYL Rangkul Para Senior dan Mantan Menteri

“Hitung-hitungan nilai investasi dari sistem ini, cukup dengan Rp. 2.5 juta, sudah bisa memulai bisnis ini (100 ekor bibit ikan Nila 1-2 cm) dengan asumsi panen sekitar 4 bulan (1 kilo 4 ekor ikan 350 gram, harga jual Rp 40 ribu) maka estimasi balik modal (BEP) pada panen ketiga (bulan ke 12). Modal yang masih relatif bisa terjangkau, apalagi jika bisnis berkelompok. Kunci dari bisnis ini adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup ikan Nila, jaga kekeruhan air agar ikan tidak stres. jika ikan stres, maka bisa menyebabkan kematian” Ungkap Irfai.

Baca Juga:  Pimpin Upacara Pemkaman, Ini Harapan Dandim 1420

Selain untuk mengobati Stunting, ikan Nila dapat langsung dijual (berupa bibit atau ikan siap panen), bahkan dapat menjadi lahan bisnis baru seperti keripik dan abon. ini juga dapat membantu masyarakat Desa meningkatkan taraf kehidupannya.

sebagai penutup, irfai mengharapkan kelanjutan dari kegiatan ini. “jika ada yang belum dipahami, dapat berdiskusi kepada mahasiswa”, tutup Irfai.


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.