SELAYAR, mitrasulawesi.id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Agen Penyalur Minyak Solar (Apms) di Kepulauan Selayar mengakibatkan banyaknya warga mengikuti antrian yang sangat panjang dan melelahkan.
Ratusan kendaran warga, ikut antri menanti giliran hanya ingin mendapatkan bbm jenis pertalite atau pertamax yang dibatasi senilai Rp 30 ribu untuk kendaraan roda dua dan Rp 150 ribu untuk kendaraan mobil.
Bahkan ada sejumlah kendaraan mobil yang diparkir sampai pagi hanya untuk mengikuti antrian BBM sepanjang jalan menuju lokasi APMS.
Salah satu lawyer senior yang ada di Kepulauan Selayar, Sainuddin. P. SH., mengatakan bahwa terjadi kelangkaan karena faktor cuaca ekstrim sehingga jadwal pengangkutan kapal tanker milik pertamina tertunda.
Ia mengatakan bahwa untuk mengatasi antrian di APMS, salah satunya mengantisipasi kendaraan yang masuk ke stasiun pengisian berulang-ulang atau oknum penampung yang dilakukan secara ilegal.
Kedua, APMS menyalurkan ke pangkalan atau sub penyalur yang resmi atau yang punya rekomendasi dari pemerintah.
Ditanyakan kepada Saenuddin bagaimana pendapatnya mengenai adanya distribusi BBM dari APMS ke sub penyalur.
Sainuddin menjelaskan bahwa selayar terdiri 132 pulau dan 110 pulau yang berpenghuni. Yang paling besar pulaunya adalah daratan selayar sehingga harus ada sub penyalur.
“Itu adalah inisiasi dari saya pada era pemerintahan Bupati Almarhum Syahrir Wahab. Saat itu belum ada izin yang keluar dari BPH migas dan Pertamina. Saya mengusulkan sub penyalur karena letak geografi selayar adalah kepulauan. Dan Apms saat itu semua masih ada di dalam kota Benteng,” urai Pengacara senior ini, Senin (24/1/22).
Ia menekankan, sekiranya warga pariangan yang mau ke Appatana apakah harus dulu ke kota Benteng baru ke Appatana, kata Sainuddin.
“Demikian juga warga yang ada di wilayah Batangmata apakah warga tersebut ke benteng dulu baru ke Pammatata hanya untuk mengisi bahan bakar 1, 2 liter?, dan bagaimana dengan warga pulau?. Tentu harus ada sub penyalur dan inisiasi saya ini akhirnya disetujui,” ujarnya.
Terkait solusi yang diharapkan bersama, agar kejadian ini tidak terkesan ‘Lagu Lama’ atau terjadi berulang setiap musim barat.
“Yakni kapal tenker berkapasitas yang lebih besar dan di APMS siapkan penampungan yang memadai untuk persiapan cadangan saat memasuki musim barat,” tutupnya.
Sementara aktifis pemerhati selayar Andi Nur Hamzah mengusulkan agar APMS di Selayar ditingkatkan kualifikasinya dari APMS ke SPBU. Karena SPBU pelayanannya 24 jam dan aturan mainnya sangat ketat.
“Satu hal yang sangat penting dilaksanakan ketiga APMS yang ada di Selayar sesuai regulasi terkait jam pelayanan yang disepakati dengan pemerintah buka mulai pagi sampai sore hari supaya dimaksimalkan,” tutur Andi Nur Hamzah.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.