Opini: IKA yang Mulai Cantik dan Semakin Dilirik; Sebuah Probabilitas dan Ekspektasi

oleh -
oleh
Alumni SMAN 1 Maros Angkatan 2010

Opini, MitraSulawesi.id– Jelang Musyawarah Besar (MUBES) Ikatan Alumni SMAN 1 Maros yang rencananya akan digelar pada tanggal 02 Juli 2022 di Hotel Grand Town, Mandai, Maros. Beberapa nama sudah bermunculan dari berbagai angkatan mendeklarasikan dirinya sebagai nakhoda alumni SMAN 1 Maros yang akan datang. Mulai angkatan 80-an, 90-an, hingga 2000-an dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Ada akademisi, pengusaha, politisi, hingga aktifis pemuda.

Hingga kini, SMAN 1 Maros telah memiliki 66 angkatan sebagai alumni, terhitung sejak 1966 hingga tahun 2022. Sekolah menengah atas tertua di Maros ini, sudah banyak melahirkan alumni yang sukses di berbagai bidang, termasuk Bupati Maros periode kemarin dan bupati saat ini pernah mendapatkan ijazah di sekolah tersebut.

Beberapa waktu terakhir, geliat perkumpulan alumni sekolah menengah pertama maupun menengah atas memang lagi “naik daunnya”, beberapa sekolah saling menunjukkan “gengsi” alumninya untuk eksis dan berkontibusi positif untuk almamater serta daerahnya. Mungkin inilah yang menjadi “cambukan” juga bagi beberapa alumni di SMANSA Maros untuk segera merestrukturisasi nakhoda dan kabinet IKA ini agar mampu menunjukkan taringnya sebagai sekolahnya para juara sesuai tagline SMANSA hari ini.

Baca Juga:  Opini : Pemuda Berkontribusi Untuk Ekonomi yang Mandiri

Beberapa tahun, IKA SMANSA hanya sekadar nama. Nama alumni SMANSA hanya hidup secara “sekte-sekte”. Eksistensi angkatan-angkatanlah yang membuat “harum” nama alumni ini. Belum ada kesatuan dan kolektif gerakan atas nama IKA yang padu. Sementara, di beberapa daerah, sekolah dengan label angka satu di namanya, terus bergeliat dan massif melakukan sebuah action hingga ke level nasional. Tentu identitas dan corak itu harus juga direbut dan membuktikan bahwa IKA SMANSA Maros benar “bukan kaleng-kaleng” .

Baca Juga:  Opini : SIMDIK Berbasis IT, Konsep dan Pelaksanaan dalam Lembaga Pendidikan

IKA di kepala kita selama ini, hanyalah sekadar menjadi tempat reuni dan saling melepas rindu bersama teman sekelas, sekantin, dan seorganisasi di kala masih sekolah. Circle itu terlalu sempit untuk memaknai IKA. Ia harus berbenah menjadi ruang yang produktif. Menjadi jembatan sesama alumni dalam mengembangkan potensi masing-masing serta connecting terhadap pelajar-pelajar yang memiliki prestasi yang baik untuk mampu melanjutkan jenjang pendidikan dan karir yang lebih luas.

Para figur yang telah mendeklarasikan dirinya, haruslah melepaskan kepentingan politisnya, yang paling utama adalah kepentingan almamater. “How make school can be better?” adalah rumusan masalah yang harus ada di kepalanya dan dijahit dengan ide-ide alumni lainnya. Meretas sebuah sekat dan menyatukan dalam sebuah rumah besar yang bernama IKA.

Baca Juga:  Opini : Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam

IKA SMANSA memang belum mati, tapi ia berhibernasi. Hari ini, dibutuhkan manusia yang mampu mengeluarkan IKA dari hibernasinya kemudian meyakinkan kepada puluhan ribu alumni lainnya bahwa IKA tidak lagi mau bermimpi, ia harus bergerak dengan segala potensi infrastruktur dan suprastrukturnya.

Menariknya, pesta demokrasi IKA ini telah diisi oleh beragam golongan usia. IKA tidak lagi menjadi milik yang lahir di masa “kolonial” tapi para millennial juga sudah mampu mengambil tempat dan beradu gagasan. Selanjutnya, tak kalah pentingnya adalah melahirkan MUBES IKA yang riang gembira, tanpa gaduh, tanpa adu serdadu.

Penulis
Amul Hikmah Budiman


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.