Sebagaimana penyampaian terkait informasi prediksi BMKG Wilayah IV Makassar, yang menyebutkan bahwa perubahan musim dari musim kemarau ke musim penghujan di Sulsel dimulai awal Oktober 2022 dan akan berakhir pada Bulan April 2023. Kondisi ini dapat berpotensi mengakibatkan bencana alam bydrometeorology, yaitu bencana alam yang diakibatkan aktivitas cuaca, seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor serta bencana alam lainnya.
“Potensi bahaya dan ancaman bencana yang semakin komplek ini tidak terlepas dari dampak perubahan iklim dan ulah manusia sendiri. Penanganan bencana yang selalu dinamis dan berdinamika membutuhkan kerja sama yang luas dan sinergitas antara seluruh unsur baik polri, tni, bpbd, basarnas dan instansi terkait, masyarakat dan unsur pendukung lainnya,” kata Saiful Arif.
“Semua itu dilakukan dalam rangka mitigasi risiko dan minimalisasi korban jiwa, kerusakan lingkungan kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu pembangunan dapat menghambat nasional oleh itu kesiapan dengan personil dan sarana prasarana dalam penanganan bencana sangat dibutuhkan,” pungkasnya.
Menyikapi hal tersebut, lanjut Saiful Arif, Kabupaten Kepulauan Selayar yang geografis wilayahnya dikelilingi oleh lautan sangat rawan bencana. Dalam menghadapi bencana dibutuhkan sikap, pemikiran dan perilaku tanggao, tangguh sehingga proses internalisasi dan pengetahuan sehingga diharapkan timbulnya kesadaran tidak hanya pada sikap, tetapi juga pada pemikiran dan perilaku sadar bencana.
“Apel kesiapsiagaan ini menjadi elemen penting sebagai bentuk tangguh dalam menghadapi potensi bencana,” ucapnya.
Dalam apel kesiapsiagaan kebencanaan tersebut, selain pemeriksaan pasukan, Wakil Bupati bersama forkopimda juga melaksanakan pemeriksaan peralatan. (Diskominfo SP/ Im)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.