Namun keputusan Komunitas Muslim memberikan suara kepada GW Bush itu melahirkan konsekwensi yang lebih jauh bagi Komunitas Muslim di Amerika bahkan global. Secara global kita semua tahu bahwa perang penjang di Afghanistan, Irak dan Timur Tengah secara umum Bush-Cheney inilah sebagai pelaku utama. Peristiwa 9/11 yang menjadi justifikasi dari semua perang itu, belakangan melahirkan konspe “war on terror” dengan dampak buruk yang dirasakan oleh Komunitas Muslim di Amerika sendiri.
Namun di balik itu semua di kalangan masyarakat Muslim Amerika terjadi friksi yang cukup tajam. Keputusan masyarakat Muslim imigran untuk memberikan “block voting” (suara penuh) ke GW Bush menjadikan Komunitas Afro Amerika kurang setuju (bahkan marah). Ada dua alasan utama ketidak setujuan mereka. Pertama, karena secara tradisional mereka adalah Demokrat. Kedua, karena merasa white Amerika yang rasis masih mayoritasnya ada di Partai Republikan.
Akibatnya mereka yang merasa “Native American” (bukan keturunan) itu, (walau mereka juga keturunan dari Afrika dan lainnya) bersepakat membentuk organisasi baru yang lebih berorientasi kepada pergerakan politik. Organisasi itu disebut MANA (Muslim Alliance of North America) atau aliansi masyarakat Muslim se-Amerika Utara. Terpilih sebagai ketua pertama adalah Imam Siraj Wahhaj dari Brooklyn
Tujuan utama dari MANA adalah menginginkan peranan yang lebih signifikan dari masyarakat Muslim Amerika (Native American) dalam perpolitikan Amerika. Waduh ini diharapkan membangun kesadaran warga Muslim Amerika asli untuk lebih pro aktif dalam gerakan perpolitikan di Amerika. Mereka merasa lebih cocok dan pantas karena mereka lebih dekat dan paham tentang perpolitikan di Amerika dibandingkan Muslim imigran.
Namun hal ini sekaligus mengindikasikan adanya friksi dan persaingan antara masyarakat Muslim pendatang (imigran) dan yang mengaku atau merasa Muslim asli Amerika (Native American Muslim). Walaupun para akhirnya organisasi MANA ini lambat laun mati dengan sendirinya, namun telah memberikan pelajaran penting bahwa politik terkadang membawa “perbedaan” yang bisa berujung pada perpecahan yang tidak diharapkan.
Apalagi tanpa diakui atau pura-pura tidak dirasakan dan diketahui sejak lama ada dalam tubuh umat Islam Amerika ini ada perasaan marjinalisasi di kalangan masyarakat Afro Amerika. Di satu sisi mereka merasa paling berhak dikategorikan “Muslim Amerika”. Namun di sisi lain mereka tidak banyak yang menonjol dalam berbagai organisasi nasional seperti ISNA, ICNA, MAS, CAIR, dan lain-lain. Yang sering tampil di organisasi-organisasi ini hanya Imam Siraj Wahhaj, Sheikh Zakir, dan Imam Hamzah Yusuf (White Muslim).
Yang ingin saya sampaikan kali ini adalah bahwa politik, terutama pilpres, di mana saja seringkali membawa kepada perbedaan yang runyam. Perbedaan ijithad politik seringkali mengantar kepada perpecahan yang bisa saja merugikan umat Islam dalam sebuah bangsa itu. Dan ini bukan hanya di Amerika. Tapi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Begitukah?
Manhattan, 8 Nopember 2024
Presiden Nusantara Foundation / Chaplain at NYCHHC/Bellevue
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.