Isra’ Mi’raj dan Realita Ummat – 03

oleh -1 views

Setelah proses persiapan untuk perjalanan suci itu selesai dengan pembersihan dan memasukkan iman ke dadanya, Rasulullah SAW kini siap diberangkatkan. Riwayat menyebutkan bahwa seekor hewan atau dalam bahasa Arabnya “dabbah” didatangkan dari langit. Hewan ini disebutkan lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari keledai. Berwarna putih bersih yang sangat indah dan mengagumkan.

Dabbah atau hewan ini dalam perjalanan sejarah di kemudian hari diekspresikan dalam bentuk imajinasi-imajinasi. Salah satunya digambarkan seperti kuda besar yang berkepala dengan tampakan wanita cantik. Penampakan seperti ini dalam cerita-cerita legenda karangan sebagian tentu bertujuan negatif. Mereka ingin menyampaikan bahwa Muhammad SAW itu selalu dikaitkan dengan wanita-wanita cantik. Dia adalah seorang womanizer.

Diceritakan dalam beberapa riwayat bahwa ketika Rasulullah akan menaiki punggungnya, hewan atau dabbah itu memberontak. Persis seperti seekor kuda yang akan dinaiki oleh seseorang yang asing padanya. Melihat itu Jibril menghardiknya dengan mengatakan: “celaka engkau. Tidakkah kamu tahu kalau yang akan menaikimu adalah Muhammad, Rasul yang mulia?”. Diapun menjadi tenang dan Rasulullah menaikinya dengan tenang pula.

Baca Juga:  Lutra Masuk Top 30 KIPP Tingkat Sulsel

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa perjalanan dari masjidil Haram pun dimulai. Disebutkan pula bahwa setiap dekapan kaki hewan atau dabbah itu sekitar sejauh pandangan manusia. Begitu cepat di luar kemampuan manusia menalarnya. Terlebih lagi jika hal itu dikembalikan pada konteks masa Rasulullah SAW.

Berbicara tentang hewan atau dabbah ini, kemudian menjadi populer juga dengan penyebutan “Buraq”. Menurut sebagian riwayat, Buraq adalah hewan yang memiliki sayap dan dapat bergerak sangat cepat, sehingga mampu menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat. Kata “Buraq” sendiri berasal dari kata Arab “al-barq”, yang berarti “kilat” atau “cahaya”, karena kecepatannya yang seperti kilat.

Baca Juga:  Budaya Ma'raga yang Kian Luntur Dimakan Zaman

Terkepas dari berbagai penafsiran tentang Buraq (Al-Buraq) itu, yang pasti Allah memberikan alat transportasi kepada nabiNya dalam perjalanan ini. Tentu disediakannya alat transportasi ini bukan tanpa makna. Karena sekiranya Allah berkehendak, tidakkah cukup bagiNya untuk memperjalankan hambaNya melalui kuasaNya “kun fayakun”?

Keputusan Ilahi memperjalankan hambaNya dengan alat transportasi “Buraq” merupakan pelajaran bahwa dunia akan memasuki era yang lebih kompleks. Dunia akan semakin mengglobal dan hubungan antar manusia akan semakin dekat. Salah satu hal yang secara mendasar diperlukan manusia di era global itu adalah alat transportasi yang canggih melalui eksplorasi keilmuan dan teknologi.

Baca Juga:  Komunitas Pemerhati Sejarah Bukit Tamalate, Sisir Pemandian Air Panas Gowa

Dalam perspektif keimanan dan akidah tentu kita yakini bahwa Buraq ini adalah ciptaan Allah yang pastinya secara hakikat hanya Allah yang tahu. Karena memang peristiwa Isra dan Mi’raj adalah peristiwa yang bersentuhan secara dekat dengan keimananan. Juga karena memang dalam berbagai riwayat yang ada tidak dijelaskan secara rinci tentang apa itu “dabbah” atau Buraq yang menjadi alat transportasi Rasulullah di malam itu.


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.