Makssar, MitraSulawesi.id–Masa kecil paling indah adalah menanti kedatangan Paccarita saban malam minggu. Paccarita datang lengkap dengan kacapi dan pakaian adat bugis. Dia mampir dari rumah kerumah atau diundang khusus untuk meramaikan hajatan. Kami menunggunya di selasar rumah panggung tebuat dari papan.
Dalam tempo setengah jam. Paccarita akan melantunkan berbagai pilihan dongeng. Saya sendiri paling suka dengan kisah nenek Lamellong yang terkenal cerdik pandai. Dongeng yang dituturkan dalam bahasa bugis. Bahasa sehari-hari saat saya masih kecil di kota Bone. Ditambah dengan petikan kecapi yang menambah syahdu dan meriahnya suasana. Suara Paccarita dimodifikasi dalam berbagai Intonasi. Kadang berat, ringan, wanita, lucu sesuai dengan dialog antar tokoh dalam dongeng.
Kini di era digital, dunia bisnis semakin butuh Paccarita. Peran Paccarita adalah meyakinkan Brand yang dimiliki mampu menembus alam bawah sadar dari target pasar. Pasar kini semakin cerdas dalam setiap kali memenuhi kebutuhannya. Termasuk saat akan menjatuhkan pilihan untuk membeli sesuatu sekalipun. Mereka tidak suka jika langsung ditawarkan ( hard selling ). Ini mau tidak mau adalah karakter kekinian dari pelaku konsumen. Mereka lebih senang mendengarkan story telling atau dongeng. Dengan itu, mereka merasa nyaman dan bukan tak mungkin makin betah berada di tempat dia berbelanja.
Inilah mengapa saya menyebut pebisnis butuh Paccarita. Paccarita yang akan meninabobokkan target pasar dengan kisah menarik dan tanpa disadari oleh pendengar ada brand yang disispkan. Ini adalah cara yang sangat jitu sekaligus kreatif dalam memasarkan sesuatu pada pembeli.
Simak sepenggal cerita berikut ini : “Cari parkirnya saja, susah sekali. Eh, sampaimaki di warungnya, penuhki lagi tempat duduknya. Terpaksa meki berdiri antri dulu. Jangko harap ada AC-nya. Ka adaji satu kipas anginnya. Itupun kecil sekali anginnya. Pokoknya sabarki saja. Jangan sampai panas hati-ta. Karena seandainya, ini cotonya tidak enak toh, aih pindah ka cari warung coto yang lain”.
Andai tulusan ini saya posting di social media, kira-kira bagaimana respon follower atau pembaca? Penasaran atau diam ? Tergerak atau mencaba cari tahu cerita saya atau sama sekali cuek ?
Cerita di atas, adalah contoh story-telling sederhana. Saya sebagai konsumen berperan sebagai Paccarita. Saya bersedia secara sukarela menuliskan story-telling tadi tanpa dibayar. Tapi karena ada sesuatu yang otentik dan sangat sangat layak untuk saya share akan merasa senang jika mendapat respon positif dari pembaca. Itulah bayaran buat saya, berbagi cerita. Dunia digital yang tanpa batas. Anda pun akan bertindak sebagai Paccarita lanjutan dari apa yang saya tuliskan. Bisa dalam bentuk cerita lisan atau tulisan di media social menjadi crowd. Bayangkan begitu ampuhnya cerita yang beredar atau menjadi viral, akan menjadi trendingtopic menggerakkan alam bawah sadar target pasar untuk segera action to buy.
Penulis : Sabri Rasyid
Editor : Hamka
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.