Gowa,mitrasulawesi.id– Dialog Interaktif (Pacarita To Riolo) yang diselenggarakan Komunitas Pemerhati Sejarah (KPS) Bukit Tamalate, sukses di gelar di Pelataran Mesjid tua Al-Hilal Katangka, Minggu 31, Januari 2022.
Dialog dengan tema “Hilangnya Nilai Budaya dan Sejarah, Tanggungjawab Siapa?” berlangsung menarik apalagi di hadiri dari berbagai Komunitas maupun penggiat Budaya dan Sejarah se-Kabupaten Gowa.
Dalam acara ini dihadiri, Darmawansyah Muin (Wakil Ketua DPRD Sulsel), Andi Syamsu Rijal (Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulsel), M.Irfan Mahmud (Kepala Balai Arkeologi Sulsel), Rapiudin Raping (Ketua DPRD Gowa), Asmin Amin (Budayawan Sulsel), dan Hasan Hasim (Budayawan Gowa).
Kegiatan yang
dipandu Arif Wangsa, yang juga
pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Gowa, dibuka dengan puisi dengan keprihatinan atas kondisi situs maupun budaya yang kian luntur.
Darmawansyah Muin Wakil Ketua DPRD Sulsel menilai, kagiatan dialog ini sangat menarik apalagi membahas kondisi situs sejarah maupun budaya yang kian luntur di makan zaman.
“Saya sebagai putra asli Gowa merasa terpanggil untuk ikut melirik, beberapa situs sejarah maupun budaya yang memang kondisinya sangat parah,” tuturnya yang melihat langsung kondisi makam makam raja Gowa/Tallo yang banjir dan penuh lumpur yang berada di mesjid Tua Al-Hilal Katangka.
Bukan hanya itu Wawan sapaan akrabnya pun menilai bahwa tugasnya sebagai anggota dewan, akan menampung aspirasi masyarakat khususnya di Katangka dan Kalegowa.
“Kami di DPRD Sulsel siap menampung seluruh aspirasi maupun masukan masyarakat, dan mari kita sama sama berjuang melestarikan budaya Makassar yang kian punah,” cetusnya.
Bukan hanya Dialog,
Kegiatan ini juga akan dihibur beberapa tarian budaya dari binaan KPS Bukit Tamalate, mulai dari tarian Padupa, tari Mapadendang dan tari Gandrang Bulo.
Hal yang sama di utarakan Andi Syamsu Rijal, sebagai kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulsel, beliau menilai potensi Katangka dan Kalegowa menjadi kawasan pelestarian budaya itu sangat besar apalagi ditopang dengan hadirnya beberapa generasi muda yang ikut terlibat dalam pelestarian itu.
” Mudah mudahan tahun ini, program dari kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk membentuk kawasan kota budaya bisa dapat di implementasikan di Katangka, karena sudah memenuhi kriteria,” cetusnya.
Sementara itu Asmin Amin yang juga Budayawan Sulsel menilai bahwa, peran pemerintah kabupaten ini sangat erat apalagi melihat kondisi situs yang memang butuh perhatian.
” Harusnya pemerintah tidak boleh tutup mata, akan kondisi sejarah dan budaya yang ada di Gowa, yang punya sejarah sangat panjang di dunia. Nama besar para pahlawan terdahulu seakan sirna melihat kondisi situs sejarah yang terbengkalai,” tuturnya.
Sementara itu Kepala Balai Arkeologi menganggap bahwa Gowa punya banyak situs sudah puluhan situs yang telah di teliti dan memiliki banyak sejarah.
” Sesuai UU No 11 tahun 2010, tentang Pelestarian Cagar budaya, situs ini wajib di lindungi dan di Gowa memiliki puluhan Situs Sejarah,” katanya di hadapan peserta dialog.
Hal ini membuat ketua DPRD Kabupaten Gowa akan mencoba membuat Perda Kabupaten untuk membahas Pelestarian Sejarah tak berbeda.
“Tugas kami di DPRD memang memiliki 4 fungsi salah satunya membuat Perda, dan ini akan kami lakukan untuk menjaga Pelestarian sejarah dan budaya yang ada di Gowa,” cetusnya.
Dalam waktu dekat DPRD akan membicarakan hal ini ke seluruh unsur pimpinan maupun SKPD terkait.
“Kami akan bahas ini karena memang hal ini sudah sering dibicarakan,” tutupnya.
(rls/tim)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.