Aliansi Perempuan Banten Melawan!

oleh -

SERANG, mitrasulawesi.id – Aliansi perempuan Banten bersama Kohati HMI Ushada turun ke jalan menyuarakan tuntutan kepudulian perempuan, Senin (8/3/21).

Ketua Kohati HMI Ushada sekaligus koordinator lapangan, Ayunda Wardila, mengatakan bahwa harapan di Internasional Woman days dimana sesuai tuntutan.

“Yang kita buat agar di dengar dan di pedulikan hak perempuan,” ujarnya Wardila.

Wardila menegaskan jika memang ada emansipasi wanita, harusnya menyeluruh kepada kaum perempuan bukan ke orang tertentu saja, tegasnya.

Orasi yang yang digaungkan Wardila mempertanyakan kenapa masih ada eksploitasi dari pembangunan.

Baca Juga:  Program Pelepasliaran, TN Bukit Baka Bukit Raya Hasilkan Empat Kelahiran Orangutan

Dimana mereka mengadakan pembangunan dan menggusur masyarakat serta hak hak perempuan pun di tiadakan.

Bahkan hak perempuan 30 persen untuk duduk di pemerintah pun kurang dari 30 persen.

“Berarti garis besarnya bahwa perempuan di anggap tidak mampu untuk memperjuangkan hak hak mereka,” ujarnya.

Sementara, Dini Ketua Kohati Fasey pun membeberkan di momentum IWD ini bukan hanya formalitas, melainkan bisa menjadi semangat baru untuk kaum perempuan.

“Adanya kekerasan seksual. Misalnya kampus, tempat kerjaan, dan lain sebagainya,” jelasnya Dini sebagai Ketua Kohati Fasey.

Baca Juga:  PT Gudang Garam Kecurian, Resmob Reskrim Polres Sidrap Sudah Identifikasi Pelaku

Senada dengan Reka sebagai kordinator aksi mengatakan Ada lima point yang kita tuntut. yakni, upah layak untuk kerja perempuan, Akui kekerasan seksual sebagai pelanggaran Ham dengan mengesahkan RUU PKS, Akui PRT sebagai pekerja dengan mengesahkan RUU PPRT, segera ratifikasi konfensi ILO 190 beserta rekomendasi 206 agar semua pekerja bebas dari kekerasan dan pelecehan, termasuk kekerasan berbasis gander dan cabut UU Cipta kerja, tegasnya Reka.

Lanjut Koordinator Aksi, Wardila, mengatakan masa aksi yang tergabung dalam aksi ini yakni kohati HMI cabang serang, GMNI, Lingkar Studi Feminis, kumala, kumandang, Hamas, Perempuan mahardika dan Api kartini, jelasnya Wardila.

Baca Juga:  Tenggelamnya Kapal Latih SMKN 3 Selayar, Tim Investigasi Kacabdin Angkat Bicara

“Dan aksi ini merupakan bentuk perlawanan perempuan karena sistem ekonomi dan politik saat ini tidak melindungi dan menghargai kerja perempuan dan ini adalah moment perempuan mengeluarkan aspirasinya agar pemerintah mendengar keluh kesah perempuan,” tandasnya. (ASR)

Editor: MJ


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

Tinggalkan Balasan