Takalar,Mitrasulawesi.id– Tokoh literasi Sulsel Bachtiar Adnan Kusuma kembali menggugat budaya baca santri, guru-guru, pegiat literasi Kab.Takalar di Ponpes Nurul Asafa Yayasan Nurul Asafa UPT SMAS Islam Terpadu Kabupaten Takalar, menghelat kegiatant Talk Show literasi yang dirangkaikan dengan kegiatan wakaf buku (sabtu,20/03/2021).
Kegiatan tersebut berlangsung di gedung aula Ripuji PM. Nurul Asafa Jl. Ranggong Daeng Romo dibuka Wakil Bupati Takalar H.Achmad Daeng Sere, S.Sos. dengan pembicara BAK, Dr.Hj.Kembong Daeng, M.Hum., Herman Lilo, M.Si., Kabid Promosi minat baca Dinas Perpustakaan Arsip Kab.Takalar.
Kegiatan yang berlansung dengan protokol kesehatan yang ketat itu dibuka oleh wakil Bupati Takalar.
Dalam sambutannya, wakil bupati sangat berterima kasih kepada penyelenggara kegiatan yang telah membuat kegiatan luar biasa untuk membangun masyarakat literasi di kabupaten Takalar.
Dalam kesempatan tersebut, wakil bupati menerima wakaf buku dari Ketua Perpustakaan Lorong dan Desa serta tokoh literasi SulSel, Bachtiar Adnan Kusuma, S.Sos., M.M. Buku tulisan ketua fraksi PPP di DPR RI Dr. Amir Uskara yang berjudul “Ayo Membangun Desa” diserahkan secara simbolis menandai kegiatan wakaf buku.
Sementara acara talk show yang bertemakan “Menggugat Budaya Baca Takalar” berlangsung penuh spirit dan menghasilkan banyak ide penting dalam membangun literasi. Bachtiar Adnan Kusuma memberikan ilustrasi lengkap bagaimana budaya membaca itu harus dimulai dari keluarga.
“Orang tua harus memberikan contoh di rumah, bagaimana memanfaatkan waktu luang dengan membaca buku,” tutur tokoh literasi ini, “gerakan literasi lebih efektif dimulai dari keluarga, jika seorang kepala keluarga menunjukkan prilaku disiplin membaca buku, hal itu akan menular kepada anggota keluarga tanpa harus diperintah”. Tambah BAK.
Menambahkan gagasan luar biasa dari Bachtiar Adnan Kusuma, narasumber lain dari akdemisi Herman Lilo, bersepakat jika literasi harus dibangun dari dalam keluarga.
“Keluarga harus menjadi role model dalam menularkan reading habit. Jika tidak pembiasaan dalam keluarga untuk membaca buku maka sulit bagi kita untuk membangun budaya literasi di Masyarakat, apalagi jika anak-anak lebih terbuang waktunya bermain gadget” ujar Herman Lilo.
Narasumber lain dari penulis budaya Makassar ibu Dr. Hj. Kembong Daeng, menantang santri dan peserta talk show untuk senantiasa kekeuh dalam melestarikan budaya lokal.
“saya telah menulis belasan buku dengan muatan lokal dan Alhamdulillah perjuangan memasukan muatan lokal dalam kurikulum sekolah sudah tercapai. Budaya lokal kita harus jaga agar tidak tergerus zaman” kata ibu Kembong Daeng.
Yang menariknya kegiatan literasi ini diawali di pesantren Nurul Asafa Takalar. Sebuah langkah berani bagaimana pesantren berperan besar dalam membangun literasi dengan nilai-nilai keislaman.(rls/tim)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.