Gowa, MitraSulawesi.id– Dalam rangka menindaklanjuti program 1 Desa/Kelurahan, 1 Hafidz yang digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa pada 2020 ini, pihaknya, mulai mengirim secara bertahap para imam, untuk mengikuti pembelajaran Alquran.
Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, hadir langsung melepas peserta yang pada tahap pertama terdiri dari 30 orang. Para imam tersebut, akan mengikuti pembelajaran selama 60 hari di Sekolah Agama Quantum Akhyar Institut, Kota Bekasi, Jawa Barat.
“Program prioritas Pemkab Gowa tahun ini, merupakan program keagamaan yang berarah pada peningkatan spiritualitas masyarakat, hingga pembentukan generasi Islami di masa mendatang. Salah satunya, dengan membentuk imam kita menjadi seorang hafiz Alquran,” katanya di sela-sela Pelepasan Peserta Pembelajaran Penghafal Alquran Bagi Para Imam Desa, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan se-Kabupaten Gowa, di Masjid Nurul Yasin, Minggu 12/01/20 Kemarin.
Dirinya pun berharap, para imam yang dikirim pada gelombang pertama ini, dapat belajar bersungguh-sungguh dan mengikuti aturan dari pihak Quantum Akhyar Institut, sebagai pihak pembina yang baik.
“Program ini, kita gagas untuk membentuk generasi pecinta Alquran yang akan membawa rahmat bagi daerah yang kita cintai bersama. Program yang kami gagas ini, bekerjasama Quantum Akhyar Institut yang dipimpin Ustad Adi Hidayat, Lc,” ujarnya.
Sementara, lanjut Bupati Adnan untuk program keagamaan jangka panjang yang akan dilakukan, yakni pendidikan hafidz bagi guru agama dilingkup sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
“Para imam yang telah selesai, kita harapkan dapat menularkan ilmunya, paling tidak di wilayahnya masing-masing. Baik di tingkat dusun, lingkungan, desa hingga kelurahan,” harap Bupati Adnan.
Ia mengungkapkan, dalam mendorong program tersebut pihaknya juga akan membangun Rumah Tahfidz Alquran, di Kecamatan Bajeng atau bekas Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Kabupaten Gowa, dengan menggunakan APBD 2020 sebesar Rp 8 miliar untuk tahap awal.
Kehadiran Rumah Tahfidz ini juga, diharapkan dapat menjadi referensi terbaik di tingkat Sulsel hingga di Kawasan Indonesia Timur.
Di kesempatan tersebut, Kepala Dinas Sosial Syamsuddin Bidol mengungkapkan, sebelum diberangkatkan para imam yang dikirim ini mengikuti ujian yang dilakukan Tim Pembina pada 21 Desember 2019 lalu. Dalam hasil seleksi, terdapat tiga kategori kelulusa, yakni pertama sesuai kualifikasi yang dibutuhkan Quantum Akhyar Institut, kedua, sesuai kualifikasi dengan catatan dan ketiga, kualifikasi dengan catatan dan perlu pengembangan.
“Bagi imam yang lulus, pada kualifikasi kategori ketiga, mereka yang akan diberikan kesempatan lagi untuk belajar untuk pemberangkatan di tahun selanjutnya,” katanya.
Ia menyebutkan, sepanjang 2020 ini ada 150 imam dengan usia maksimal 60 tahun yang akan diberangkatkan dari total 843 imam di wilayah Kabupaten Gowa yang terdiri dari 167 imam desa/kelurahan dan 676 imam dusun/lingkungan.
“Sesuai kerjasama yang dilakukan seluruh imam dalam 5 tahun akan diberikan pembinaan menjadi tahfidz Alquran,” katanya.
Sementara, untuk pemberangkatan pertama akan dilakukan mulai Januari, kemudian Maret dan selanjutnya, hingga selesai atau selama setahun akan mengirim 5 angkatan, dengan setiap angkatan sebanyak 30 imam. Selama melakukan pembelajaran, para imam akan diperkuat pada pola penghafalan Aqurannya dan intinya.
“Yang akan dilakukan, yaitu pembinaan dan pembentukan penghafal Alquran, pembinaan dan pembelajaran tahzin Alquran serta pengetahuan dasar ajaran Islam. Jadi para imam ini akan diberikan pembelajaran tambahan sebagai tokoh agama,” katanya.
Lanjutnya, dengan harapan, setelah para imam kembali, maka peningkatan kapasitas dari para imam untuk jangka pendeknya, dapat dipertahankan dan menjadi komitmen dengan ajaran-ajaran Islam. Sementara, untuk jangka panjangnya adalah amalan yang didapatkan di akhirat kelak, sebagai penghafal Alquran.
Sementara, Qhadri Hasan (20), salah satu imam asal Kecamatan Manuju, mengaku bangga dengan adanya program tersebut. Apalagi, imam-imam terpilih yang diberangkatkan, harus terlebih dahulu mengikuti penyaringan di Masjid Agung Syekh Yusuf.
“Kami mengikuti seleksi ketat dari pihak penyelenggara. Mulai dari mengaji sampai sejauh mana hafalan kami,” katanya.
Qhadri alumni Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia ini, adalah peserta termuda pada gelombangnya.
“Saya gelombang pertama, dan menjadi peserta termuda. Makanya saya harus bisa memberikan semangat dengan teman-teman yang lain, InsyaAllah, mental untuk mengikuti pembelajaran sudah siap,” kata imam di Desa Bilalang ini.(*)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.