Gowa, Mitrasulawesi.id– Wabah Corona yang menjadi momok menakutkan buat masyarakat, menjadi khwatiran dari berbagai kalangan, bukan saja dari dampak penyakit yang akan dirasakan, tetapi juga kondisi sosial yang cenderung dapat berpengaruh besar di tengah masyarakat.
Berita yang sempat viral di media sosial, yang melibatkan puluhan anggota dewan Reaktif, saat ikut Repid Test di Gowa, membuat Ir.Andi Hakim SH.MH., Ketua Perlindungan Konsumen Gowa,
memberi perhatian khusus buat kondisi ini.
Dia pun menilai bahwa
Soal Tes Cepat (Repidtest) sudah banyak yang menjelaskan hal ini, termasuk penjelasan para dokter dan pakar kesehatan diberbagai media, bahwa hasil tes ini, tidak dapat dijadikan kesimpulan untuk menvonis seseorang itu kena Covid-19 atau tidak.
“Informasi terkait puluhan anggota dewan yang Reaktif Corona, masih perlu tes lanjutan yang dikenal dengan Test Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil tes PCR inilah yang paling akurat, karena menyasar langsung virus corona, juga dikenal dengan tes Swab,” ucapnya.
Selanjutnya soal sensitifitas seseorang atau masyrakat atas wabah covid-19 ini. Menjadi problem, karena hukum masyarakat memang demikian atas suatu informasi yang didapatkannya.
” Jika ada satu orang yang kena, maka, satu keluarga akan kena imbasnya,” papar kepada media saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Sabtu (9/5).
Andi Hakim pun mengingatkan,
warga harus berhati hati menjastifikasi seseorang karena akan berakibat fatal jika informasi yang diberikan tidak akurat.
” Hati-hati orang jantung, dan dia meninggal, dibilang lagi Corona, itu seperti di Pao Pao, kalau tidak salah, satu bulan lalu, heboh lagi. jadi sebaiknya nanti ada hasil baru disampaikan. Contoh yang lain, ketua DPRD Gowa langsung ke malino isolasi mandiri keluarganya dilarang mendekat, ini kan mempengaruhi pisikologis seseorang,” cetusnya.
Andi Hakim yang juga berprofesi sebagai Advokat ini, mengingatkan masyarakat saat memberikan informasi, apalagi belum tentu kebenarannya.
” Pembelajaran daengku, tidak boleh terlalu gegabah menyampaikan hal-hal yang belum pasti, Kerana masyarakat banyak cemas, takut dan tidak mau mendekat sama keluarga. kalau dalam ilmu Hukum ada namanya praduga tak bersalah, tapi tidak tau kalau ilmu kedokteran apa, pakai prakiraan juga sedangkan mereka ilmu pasti yang saya hawatir termometer suhu yang digunakan baterainya lobet,” pitahnya.
Bukan hanya itu, pandangan Reaktif yang cenderung menjadi momok di tengah wabah Corona ini, menjadi sebuah pembelajaran berharga.
“Pengertian Reaktif itu adalah sifat cenderung, tanggap atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang timbul atau muncul. Bila mencermati definisi ini berarti ada sesuatu yang terjadi didalam tubuh seseorang apakah virus-virus apa, hanya jangan langsung dimuat dimedia online eh, anggota DPRD Gowa dari 30 orang Rapid Test terdapat 20 0rang Reaktif Corona di presetase 80% baru turun lagi 11 orang, itukan lucu,” cetusnya.
Pria yang bergelar sar Hukum, mengingatkan para Dokter untuk berhati hati saat memberikan informasi, apalagi kondisi saat ini.
“Saran perlu kehatian hatian para dokter dalam memberikan penyampaian, begitu juga seseorang yang diberikan amanah oleh pemerintah, kerena virus corona ini sangat mencekam dan memprihatinkan,” tutupnya.(isra/WD)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.