Pahlawan Sri Langka dari Tanah Makassar

oleh -

Walau Raja Gowa Batar Gowa II telah menandatangi Perjanjian Pendek, tetapi itu tidak sesuai dengan hati nuraninya. Batara Gowa malah mengajak rakyatnya untuk bersatu melawan penjajahan di wilayah kerajaan Gowa. Ajakan, Batara Gowa pun mendapat dukungan besar dari rakyat Gowa dan juga Bate Salapanga.

Merasa kewalahan Belanda kemudian menambah pasukannya untuk menumpas pasukan dari Batara Gowa. Penambahan pasukan belanda itu membuat pasukan Batara Gowa harus bergerilya keluar-masuk hutan belantara.

Batara Gowa yang dikepung dalam hutan itu, berniat untuk meninggalkan Gowa. Ia bercita-cita menuju negeri kelahiran Ibundanya Karaeng Ballasari di Kerajaan Bima.

Batara Gowa kemudian berlayar menuju negeri kelahiran Ibundanya Karaeng Bahasari ke Kesultanan Bima. Ia berangkat dengan sebuah perahu bersama beberapa orang pengikutnya.

Belanda yang telah menguasai wilayah kerajaan Gowa secara penuh menyatakan buron terhadap Batara Gowa dan mengeluarkan Sayembara, “barang siapa yang berhasi mengeluarkan Batara Gowa, hidup maupun mati, akan di beri uang.”

Dan pemerintah kerajaan Gowa mengalami kefakuman sehingga membuat Bate Salapanga harus menyusul Batara Gowa di Bima, dan mengajak agar kembali memerintah Gowa.

Namun permintaan Bate Salapang ditolaknya karena ia punya firasat buruk terhadap dirinya, jangan-jangan ini hanya sebuah taktik yang di jalankan oleh Belanda agar mudah menangkapnya.

Kegagalan Bate Salapang untuk membujuk Batara Gowa kembali ke Gowa, membuat rakyat Gowa kehilangan, karena terjadi kefakuman pemerintahan.

Setelah Belanda mengetahui misi Bate Salapanga gagal, maka Belanda segera memerintahkan pasukannya ke Bima untuk menangkap Batara Gowa. Setelah sampai di Bima, pasukan Belanda kemudian terus melakukan pencarian dimana Batara Gowa dan pengikutnya bersembunyi.

Untuk memudahkan penangkapan, belanda kemudian melakukan fitnah terhadap Batara Gowa Ia menuduh Batara Gowa melakukan hubungan rahasia dengan Inggris di Bengkulu. Kebetulan saat itu, hubungan belanda dengan pemerintah Inggris, baik di Eropa maupun di Negara Timur Jauh sangat buruk.

Belanda mengetahui bahwa Batara Gowa pernah bertemu dengan seorang bernama Cella Bangkahalu berlayar di perairan Lombok. Sedangkan Cella Bangkahalu itu berasal dari Bengkulen yang pada waktu itu masih dibawah kekuasaan Inggris.

Dan ketika Batara Gowa hendak menyingkirkan ibunya ke lain daerah, karena di Bima dirasa sudah tidak aman lagi, tiba-tiba ia dilihat oleh tentara Belanda. Pada saat itulah Batara Gowa ditangkap dan dibawa kepada Residen Bima. Adapun ibunya dibebaskan karena ia dinyatakan tidak bersalah.

Untuk menghindari amukan massa pendukung Batara Gowa, Belanda bertindak cepat dengan mengasingkan Batara Gowa ke Batavia. Ketika Batara Gowa diasingkan ke Batavia, para pengikutnya baik di Gowa maupun di Bima, terus mendesak pemerintah Belanda agar rajanya dikembalikan.

Belanda merasa tidak aman kalau Batara Gowa tetap di Batavia, Belanda kemudian bermaksud mengasingkan Batara Gowa ke Negara jajahan lainnya yang lebih jauh, yakni ke Ceylon atau Sri Langka. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1767, Batara Gowa kemudian dibuangkan ke Ceylon.

Setelah dua tahun Gowa mengalami kefakuman pemerintahan, maka Dewan Bate Salapanga kembali bersidang untuk memilih pengganti Batara Gowa yang diasingkan ke Ceylon. Bate Salapange kemudian memilih saudara Batara Gowa bernama I Mallisujawa Daeng Ri Boko, dengan gelar Sultan Makdudin.

Raja Gowa yang baru dilanik, I Mallisujawa Daeng Riboko memohon kepada pihak Belanda agar merubah hukuman pembuangan Batara Gowa ke negeri Ceylon itu, dan bisa kembali ke Gowa. Namun Belanda selalu menolaknya. Penolakan permohonan tersebut membuat Sang Raja menjadi patah semangat.

I Mallisujawa hanya bertahan selama kurang lebih 2 tahun lamanya (1767-1769). Beliau kemudian secara sukarela turun tahta dan memilih menyingkir ke Barombong untuk menenangkan diri. Beliau kemudian dikenal dengan sebutan Arung Mampu. (Ensiklopedi Sejarah Sulsel, Hal 103-104 ).

Di Ceylon, Batara Gowa banyak bergaul dengan masyarakat setempat. Dari pergaulan rakyat Ceylon, Batara Gowa sudah mulai akrab dan tidak asing lagi dengan masyarakat Ceylon. Ia sudah mulai banyak tahu bahasa Srilangka, disamping bahasa Inggris, yang merupakan bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Sri Lanka.


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

Tinggalkan Balasan