Wartawan Senior, Ingatkan Wali Kota Terkait Anarkisme di Kota Daeng

oleh -
oleh

Makassar,Mitrasulawesi.id– Setelah Redaksi Mitra Sulawesi.id menggelar Dialog Publik beberapa hari yang lalu membahas Peran Media, Tripika, dan DPRD dalam Menganani Anarkisme, kali ini wartawan Senior Zulkarnain Hamson angkat bicara.

Melalui media Facebook, akun pribadi Zulkarnain Hamson, memberikan surat terbuka buat walikota Makassar terkait keamanan dan keselamatan pengguna jalan yang ada di Makassar.

Zulkarnain pun mengutip,” Pekan kemarin sejumlah foto korban panah besi, yang menancap di berbagai tubuh korban yang hampir semua remaja memenuhi banyak grup WhatsApp. Peristiwa itu terjadi di Kota Makassar, dan berbagai komentar mulai bermunculan. Dari sekadar prihatin hingga menyodorkan solusi. Upaya Walikota Makassar Danny Pomanto Center – Jalan Amirullah yang sedang gencar berbenah Makassar menjadi kota dunia, dan kini kota Metaverse, membuat saya tersentak, pada fenomena ‘busur’ Ini bukan masalah sosial kecil, karena korbannya sudah sangat banyak di tujuh tahun terakhir. Ada apa dengan remaja Makassar?,” tulisnya di dinding media sosialnya, Rabu 29/6.

Zul sapaan akrabnya pun menambahkan,”
Seringkali kita mendengar orang-orang ramai membicangkan ‘busur’ maksudnya panah besi yang melukai tubuh remaja-remaja yang saya sebutkan di atas. Pagi ini di salah satu grup WhatsApp media, saya tertarik untuk mengomentarinya, dan kemudian memutuskan mengirim surat terbuka ini kepada Walikota Makassar yang saya kenal dari banyak perbincangan sebagai sosok yang berpandangan serta bervisi internasional. Layaknya surat, tentu saja bisa ditanggapi bisa juga diabaikan. Tetapi intinya saya sudah ikut menyuarakan kegelisahan dan mengajukan pemikiran sebagai solusi,” ingatnya yang ditujukan buat Walikota Makassar.

Baca Juga:  Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI Gelar Launching Inovasi, Bupati Sidrap Turut Hadir

Berita yang menyebutkan Pemerintah Kota Makassar, menyiapkan 4000 CCTV untuk bisa menangani kasus kriminalitas.

“Saya berfikir mungkin maksudnya untuk mengetahui siapa pelakunya melalui layar CCTV. Saya kira pendekatan sosial yang akan dilakukan Pemkot Makassar sebagai langkah mendeteksi penyebab, juga menemukan solusi yang paling cepat dan tepat. Ini sudah memasuki tahun ke 7 dan korbannya tidak berkurang. Pendekatan proyek berupa pengadaan hanya akan jadi beban keuangan bagi pemerintah, dan tidak menyentuh sasaran inti. Bahkan boleh jadi akan menimbulkan beban baru, biaya perawatan dan seterusnya,” tuturnya saat dikonfirmasi kepastian posting di medsos.

Zul pun menambahkan tulisan dengan gambaran kondisi yang ada di kota Makassar,” Pemahaman akan masalah sosial penting bagi aparat pemerintah kota yang menangani sosial kemasyarakatan, ruang ekspresi yang kian menyempit, sarana komunitas dan pembelajaran non formal yang tidak bertumbuh, kurangnya pelibatan remaja dalam ajang karir dst. berpotensi memicu kerawanan sosial. Seorang pensiunan kepala sekolah di Makassar menuturkan, pendidikan seni dan akhlak sosial melalui budaya dan agama membuat hati manusia lembut. Kenapa anak-anak remaja itu menjadi sangat berfikir kriminal? Apakah mereka tidak punya rasa seni dan krisis akhlak?”.

Baca Juga:  Sejarah Lahirnya PDAM Jeneberang Gowa

“Patut dipikirkan dan disarankan melalui surat terbuka saya ini, kepada walikota agar pembuatan satgas yang mulai ditengarai justru memicu ketegangan antar kelompok, perlu ditinjau kembali. Belum lagi jika terindikasi terselip kepentingan politik, oleh orang-orang tertentu. Pelibatan semua unsur masyarakat perlu dicoba dengan mengaktifkan pendekatan yang persuasif pada wilayah rawan konflik. Libatkan LSM dan masyarakat kampus, sehingga ruang ekspresi, seni budaya menjadi lebih terurai melalui dialog dan pendampingan yang berkelanjutan. Kurang lebih 14 wilayah kelurahan di Makassar yang ditengarai rawan sosial. Jika pemerintah kota melibatkan 14 perguruan tinggi untuk proyek sosial itu, hampir bisa dipastikan riset berjalan, pendekatan sosial dengan pola pendidikan dan pembinaan yang metodenya tentu lebih tepat karena dikerjakan oleh akademisi, ajang pembinaan karir dan apresiasi potensi remaja didekati melalui Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa, saya kira bisa lebih membantu mengurai problem kota yang tentu saja tidak bisa ditangani sendiri oleh pemerintah kota. Melalui jalan itupula penyuluhan akan kesadaran hukum bisa dijalankan, karena bersifat Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), tentu ringan biaya,” tambahnya lagi.

Baca Juga:  Perjosi Sulsel Sesalkan Tindakan Premanisme Polri

Makassar dinilai sangat berpotensi menjadi Kota Literasi Budaya. Demikian ujar Dedy Andi salah seorang motivator bidang inovasi dan pengembangan ekonomi kreatif yang sasarannya pada remaja. Mungkin kita perlukan pemikiran yang lebih bersifat partisipatoris agar remaja merasa memiliki harga diri, ditempatkan dengan cara terhormat dalam ajang adu prestasi dan inovasi, tentu semua itu bisa berjalan jika program kota membuka jalannya.

“Semoga cita-cita Makassar sebagai kota apa saja bisa terwujud, tetapi bukan kota rusuh dan penuh ancaman panah,” tutupnya.(rls/tim)

Tinggalkan Balasan