Disaat yang sama, kedua belah pihak yang berkonflik harus membatasi diri untuk tidak saling menyerang.
Menurut JK, Hal lain yang berbeda dalam penyelesaian konflik di Aceh, yaitu saat kedua belah pihak sepakat menandatangani Nota Kesepahaman Perdamaian di Helsinki, yaitu senjata milik GAM diserahkan kepada Pihak Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotan Uni Eropa dan ASEAN, kemudian dipotong dan saat yang bersamaan, personel TNI Non Organik di Aceh, dikembalikan ke Pangkalannya masing – masing.
JK minta Ahtisaari sebagai Fasilitator
Sementara itu, di bagian lain sambutannya Jusuf Kalla menceritakan kisah ia berbicara melalui telepon dengan Ahtisaari pada Desember 2004.
Saat itu, Jusuf Kalla meminta kesediaan Ahtisaari menjadi mediator perundingan Aceh. Ahtisaari minta mandat tertulis. Hari itu Jumat sore, kata Kalla.
Jusuf Kalla mengirim SMS yg mengangkat Ahtisaari sebagai Mediator. Tak lama berselang, Ahtisaari menelpon Kalla.
“Mana mandat tertulisnya Pak Wapres ?” tanya Ahtisaari. SMS kan juga tertulis, jawab JK. Hadirin pun langsung tertawa terbahak-bahak.
Akhirnya JK menjanjikan mandat tertulis tersebut pada hari Senin. Ternyata, mungkin karena lupa, hingga ajal menjemput Ahtisaari, mandat tertulis tidak pernah dia terima. Yg penting, lanjut JK lagi, kita sudah damai. Dan itulah kontribusi terbesar Ahtisaari buat Indonesia. Almarhum adalah sahabat Infonesia. Kami berutang pada almarhum, tegas JK.
Kini 18 tahun Aceh telah damai, masyarakat telah hidup berdampingan dengan mantan kombatan GAM. Banyak Negara dan Lembaga Perdamaian di dunia, yang ingin mengambil contoh kisah sukses Perdamaian Aceh tersebut. (Team Media JK)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.