Namun jika kita mencoba menelusurinya dari perspektif ilmu pengetahuan, Buraq dapat dipahami secara metaforis atau simbolis. Ada beberapa kemungkinan penafsiran yang dapat disampaikan dalam hal ini. Tentu semua tafsiran ini hanyalah ikhtiar manusiawi untuk memahaminya. Sehingga semua tafsiran yang disampaikan tidak bisa menjadi dasar kebenaran dan keimanan.
Saya akan sampaikan sembilan penafsiran Al-Buraq dari perspektif filsafat dan keilmuan.
Satu, representasi kecepatan dan efisiensi. Buraq dapat diibaratkan sebagai simbol kecepatan dan efisiensi, karena kemampuannya menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat.
Dua, menunjukkan konsep fisika. Dalam fisika, Buraq dapat dihubungkan dengan konsep kecepatan, energi, dan momentum.
Tiga, Buraq juga dapat dipahami sebagai representasi dari hewan yang memiliki kemampuan unik, seperti kecepatan dan kekuatan.
Empat, secara filosofis Buraq menjadi simbol perjalanan spiritual. Hal itu karena Buraq mengantar Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra Mi’raj.
Lima, Buraq dapat dipahami sebagai representasi transendensi. Hal itu dikarenakan kemampuannya melintasi batas-batas fisik dan spiritual.
Enam, Buraq dapat dipahami sebagai penjelasan tentang konsep waktu dan ruang. Hal itu tersimpulkan dari kemampuannya menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat.
Tujuh, Buraq dapat dianggap sebagai simbol kekuatan batin, karena mengantar Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan spiritual.
Delapan, Buraq dapat diibaratkan sebagai representasi kemampuan manusia untuk mencapai tujuan yang tinggi dan melintasi batas-batas diri.
Sembilan, Buraq dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi manusia untuk mencapai tujuan dan pencapaian inovasi yang tinggi.
Namun sekali lagi semua penafsiran di atas adalah penafsiran-penafsiran yang bersifat relatif dan tidak bersifat mutlak. Kemutlakan selalu ada pada keyakinan kita tentang kemaha besaran Allah dalam memperjalanakan hambaNya. Termasuk di dalamnya kekuasaan Allah dalam menyediakan alat transportasi dalam perjalanan itu yang berada di luar nalar manusia.
Artinya pemahaman akal manusia pada akhirnya harus tunduk pada penerimaan iman dan akidah dalam memahaminya.
Bersambung!
New York City, 29 Januari 2025
Direktur Jamaica Muslim Center / Presiden Nusantara Foundation
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.