SELAYAR, MITRASULAWESI.ID – Juru Bicara Percepatan Penanganan Wabah Covid-19 Kabupaten Kepulauan Selayar, dr. Husaini, M. Kes., menjelaskan yang namanya pemeriksaan melalui Rapid Test dan PCR untuk virus corona atau biasa disebut Covid-19 (Corona Virus Disease Tahun 2019) yang bersumber dari negeri China, Wuhan.
Baca Juga: Tim Relawan Covid-19 Desa Menara Indah Laporkan 6 Warga 5 dari Zona Merah
Penjelasan dr. Husaini terhadap alat kesehatan ini atau sering disebut Rapid test adalah upaya untuk menekan penyebaran virus Corona. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar sampai ketingkat desa gencar melakukan pemeriksaan rapid test di beberapa tempat dan fasilitas umum. Hal ini, sebagian warga risau dan kuatir terkait dari hasil pemeriksaan alat ini. Kekuatiran ini dipicu karena jumlah orang yang positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia kian hari kian bertambah dan khususnya Sulsel yang sudah masuk zona merah. Dimana wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar adalah bagian dari daerah Sulsel.
Menurut dr. Husaini rapid test adalah metode skreening awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu Ig-M dan Ig-G, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.
Baca Juga: Sekretaris Tugas Gugus Selayar: Pengaruh Psikologi Masyarakat Terhadap Covid-19
“Rapid Test adalah sebagai pemeriksaan skreening atau penyaring, bukan pemeriksaan untuk mendiagnosa infeksi virus corona atau COVID-19. Positif atau negatifnya harus dikonversi ke pemeriksaan PCR,” jelasnya.
Ia berharap masyarakat dapat teredukasi adanya penjelasan ini.
- Rapid-test bukan diagnostik, tetapi sebagai screening atau seleksi/pilah antara yang berpotensi atau yang tidak berpotensi terinfeksi karena ada keluhan klinis, resiko terpapar, dan seterusnya. Walau bukan diagnostik, pemeriksaan ini sangat membantu dalam memutus mata rantai penularan.
Pemeriksaan diagnostik untuk covid-19 adalah Real Time – PCR (RT-PCR) melalui swab/usapan tenggorok/rongga.
Hasil positif (+) pada rapid-test tidak serta merta seseorang sebagai penderita Covid-19, mesti diikuti dengan RT-PCR. Ini penting untuk menghindari stigmatisasi ditengah masyarakat kepada yang Rapid-test (+).
Hasil negatif pada rapid test bukan berarti bebas Covid-19. Diulang kembali setelah 10 hari. Bila (-), bebas Covid19. Bila (+) diikuti pemeriksaan RT-PCR.
Baik yang positif maupun yang negatif tetap prosedur isolasi/karangtina diri, karena yang diperiksa adalah hanya mereka yang secara surveilans dianggap ada keterkaitan dengan Covid19.
Sekedar untuk panduan :
Jika
PCR (+)
Ig M (-)
Ig G (-)
Infeksi Baru mulai. Infeksi biasanya hari ke 1-7.
Jika
PCR (+)
Ig M (+)
Ig G (-)
Berarti infeksi akut. Lagi menuju puncak infeksi. Biasa nya hari ke 7-14.
Jika
PCR (+)
Ig M (+)
Ig G (+)
Infeksi di puncak mulai menurun menuju sembuh. Biasanya hari ke 14-21. Makanya isolasi 2 minggu.
Jika
Pcr (+)
Ig M (-)
Ig G (+)
Infeksi menuju sembuh. Biasanya hari ke 21-28.
Jika
pcr (-)
Ig M (-)
Ig G (+)
Berarti infeksi lebih dari 1 Bulan dan menjadi sembuh dan tidak menular. Biasanya setelah 1 bulan terinfeksi.
Dikutip dari sumber lain tentang Apa itu IgM, IgG dan IgE.
Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini melindungi Anda dari infeksi dengan “mengingat” kuman yang telah Anda hadapi sebelumnya. Jika kuman tersebut kembali, maka sistem kekebalan tubuh Anda akan menyerang mereka.
Immunoglobulin M (IgM)
Tubuh Anda membuat antibodi IgM saat Anda pertama kali terinfeksi bakteri atau kuman lainnya, sebagai garis pertahanan pertama tubuh untuk melawan infeksi. Tingkat IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat terjadi infeksi. Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi, menandakan adanya infeksi yang masih aktif.
Baca Juga: Karhutla , Menteri LHK : Prioritas Utama Ditengah Pandemi
Immunoglobulin E (IgE).
Sedangkan Antibodi IgE ditemukan di paru-paru, kulit, dan selaput lendir. IgE juga berperan dalam reaksi alergi. Pemeriksaan IgE seringkali menjadi pemeriksaan awal untuk alergi.
PCR (Polymerase Chain Reaction) atau lebih umum dikenal sebagai Reaksi berantai polimerase.
Saat ini pemerintah menyarankan untuk mendeteksi virus penyebab Covid-19 menggunakan rapid moleculer test berbasis PCR dilakukan dari sample usapan rongga mulut dan rongga hidung untuk dapat menentukan adanya infeksi atau tidak dalam tubuh. material genetika yang dibaca berupa RNA yang akan disamakan dengan model Covid-19 sehingga memiliki tingkat akurasi tinggi. (Idl)
Editor: Muh Jufri
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.