Industri Bertahan Atau Dipukul Mundur

oleh -
Penulis, Mahasiswi Universitas Negeri Makassar (UNM), Reski Arsita Dewi

Makassar, MitraSulawesi.id– COVID 19 atau corona virus disease 19 sudah menyebar ke seluruh dunia, hal ini memberi pengaruh besar terhadap sector ekonomi khususnya industry pariwisata dan industy lainnya. Kondisi industri sangat mengkhawatirkan di tengah pandemi ini.

Para pelaku bisnis tentu saja cemas karena usaha yang mereka jalani diambang krisis antara bertahan ataukah menyerah. Ada banyak karyawan terpaksa di PHK karena perusahaan tidak sanggup menggaji karena kondisi pemasukan yang menurun drastis dan ada juga perusahaan yang mulai menyusun langkah penyelamatan industry untuk memproduksi barang atau jasa lain guna untuk tetap memperkerjakan karyawannya dan mempertahankan keberlangsungan perusahaan.

Saat perusahaan mampu bertahan pasti ada dampak jangka panjang yang dihasilkan baik itu dari segi moral maupun finansial. Tentu kondisi ini juga tidak lepas dari peran pemerintah dalam menekan angka infilasi dan bertambahnya pengangguran.

Sebagai sector yang merasakan dampak dari badai covid tentu tak sedikit para pelaku bisnis pariwisata yang menyerah dengan kondisi ini, bukan tidak mungkin penurunan konsumen yang sangat signifikan apalagi pandemic ini terjadi di tengah bulan ramadhan yang dimana seharusnya momen ini menjadi ladang penghasilan tapi malah menjadi boomerang bagi perusahaan, karena mereka harus membayar biaya operasional dan tunjangan karyawannya terkhususnya THR yang membuat pengeluaran semakin membengkak dan pemasukan yang berkurang.

Baca Juga:  Opini : Adminstrasi Pendidikan

Contohnya airy rooms yang akan gulung tikar pada tanggal 31 Mei 2020 mendatang. Virtual Hotel Operator (VHO) tersebut terpaksa tutup akibat sepinya atau terhentinya kegiatan operasional mitra hotelnya di tengah pandemic covid 19, termasuk juga pesaingnya yaitu OYO melakukan maneuver pertahanan dengan menawarkan cuti pada para staf dan memberhentikan 10% dari total pekerjanya.

Pelaku usaha kecil juga tak lepas dari hantaman pandemic karena diberlakukannya PSSB contohnya penjual pakaian yang tidak bisa menjajakan jualannya di tempat vital seperti pasar, bazar ramadhan seperti tahun – tahun sebelumnya dikarenakan social distancing yang membuat mereka tidak bisa mendapatkan pembeli, banyak pebisnis yang mengeluh karena sudah terlanjur menyetok barang dari bulan – bulan sebelumnya. Ada beberapa pebisnis yang tidak menghiraukan himbauan pemerintah tentang PSBB dengan tetap berjualan di pinggir jalan dan ada pula yang tidak habis akal dengan menjual dagangannya di e-commerce dan di media sosial terkhususnya facebook dan instagram agar tetap mendapatkan penghasilan.

Baca Juga:  Opini : Pendekatan Dan Tantangan Dalam Manajemen Pendidikan

Lain halnya dengan perusahaan manufaktur yang harus menyusun langkah penyelamatan karena pemerintah sudah mengeluarkan himbauan untuk menghindari berkumpulnya massa karena proses produksi dan barang produksi mereka sudah di batasi karena dampak dari PSBB. Meski ada perusahaan yang melakukan work from home (WFH) tetapi bagi perusahaan yang mengandalkan man power untuk memproduksi barang mereka jadi para petinggi staf memikirkan bagaimana cara para pekerja mereka tetap bisa bekerja dan materialnya tetap bisa di produksi dan dipasarkan. Contohnya, dengan memberikan penyuluhan kepada para pekerjanya, betapa pentingnya menjaga kebersihan dengan menyediakan hand sanitizer dan menyemprotkan disinfektan di setiap pintu masuk pabrik. Cara yang perusahaan gunakan agar mereka tetap dapat menghasilkan barang adalah dengan membuat barang yang relevan pada masa pandemi misalnya pabrik baja yang mencoba peruntungan dengan terjun memproduksi jarum suntik dan ranjang rumah sakit yang sangat dibutuhkan di saat – saat seperti ini.

Baca Juga:  Opini : Implikasi Bumdes Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

“ Saya rasa krisis ini telah menciptakan suasana ketidakpastian, suasana tidak enak untuk seluruh bisnis. Namun, disisi lain ini ada kesempatan bagi para pebisnis yang melihat perubahan yang terjadi di depan, krisis itu dalam karakteristik cina ada Wei Ji”. Ujar Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi industry baja yang diadakan di Krakatau Steel, Rabu (20/5/2020).

Pada kesimpulannya industri dan pelaku bisnis di Indonesia dapat mengembangkan potensi perusahaannya agar tidak mudah runtuh di tengah krisis apapun dengan memanfaatkan revolusi industri 4.0 sedangkan untuk pelaku bisnis kecil dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini agar tetap dapat bersaing.

Penulis
Reski Arsita Dewi


Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan