Makassar, MitraSulawesi.id– Coba bayangkan seorang anak berusia empat tahun diculik oleh kelompok perdagangan anak dan dipertemukan karena peta buatannya setelah tiga puluh tahun lamanya.
Yah, itu kisah yang di alami seorang pria bernama Li Jingwei dari provinsi Yunnan di China. Ia berhasil kembali karena membuat peta desa asalnya.
Dikutip dari Sky News, ia sering merasa rindu dan ingin kembali pulang. Ditambah, setelah mendengar bahwa anak-anak lain yang diculik telah dipersatukan kembali dengan kerabat, Li memutuskan membagikan video di aplikasi Douyin (yang dikenal sebagai TikTok di luar China) pada bulan Desember 2021 yang lalu.
Dalam videonya, ia memasukkan peta tersebut. Peta tersebut akhirnya dicocokkan oleh polisi dengan sebuah desa kecil dan mereka berhasil menemukan seorang wanita yang putranya menghilang.
Setelah tes DNA, dia dan ibunya dipertemukan kembali pada Hari Tahun Baru. Beberapa hari sebelumnya, mereka berbicara secara virtual.
“Ibuku menangis begitu aku menelepon,” kata Li.
“Setelah video call, aku mengenalinya sekilas. Ibuku dan aku memiliki bibir yang sama, bahkan gigiku,” lanjutnya.
Setelah diculik pada tahun 1989, Li dibawa ke sebuah keluarga di Lankao, 1.000 mil (1.609 km) dari rumah keluarganya. Sejak ia berada di tempat asing pertama kali, Li mencoba menggambar di tanah dengan tongkat untuk membantunya mengingat rumahnya.
“Aku telah membentuk kebiasaan menggambar setidaknya sekali sehari,” katanya dalam sebuah wawancara dengan media China, The Paper. Ini yang membuat ingatannya masih terus tajam.
“Aku tahu pohon, batu, sapi, dan bahkan jalan mana yang berbelok dan ke mana air mengalir,” sambungnya.
Karakteristik keluarga juga masih ada dalam ingatannya. Mulai wajah, mata, hingga dahi anggota keluarganya pun masih ia ingat.
Membahas kisah penculikan itu, Li mengatakan dia dibawa oleh seorang pria dengan kepala botak. Kemudian, pasangan berusia 40-an membelikannya beberapa pakaian baru dan membawanya dalam perjalanan kereta api yang berlangsung sehari semalam sebelum menyerahkannya kepada keluarga angkat. Untunglah mereka memperlakukannya dengan baik.
“Mereka mengajari saya prinsip-prinsip menjadi manusia sejak saya masih kecil, sehingga saya bisa belajar keras dan menjadi bakat di masa depan,” tuturnya.(HK)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.