Soppeng, MitraSulawesi.id– Pernah lihat bangunan tua nan megah gaya arsitektur Belanda saat berkunjung ke Kabupaten Soppeng ?
Bangunan itu bernama Museum Villa Yuliana yang terletak di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), Villa Yuliana kini sudah berusia 117 tahun dan menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah di negeri ini.
Menemukan Vila Yulliana tidak lah sulit jika berkunjung ke pusat kota Kabupaten Soppeng, tepatnya di wilayah Botto, Kecamatan Lalabata.
Vila ini dibangun pada tahun 1905 oleh Pemerintah Hindia Belanda era Mr CA Kroesen sebagai hadiah untuk Ratu Kerajaan Belanda Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau dan putrinya, Ratu Juliana yang saat itu berencana melakukan kunjungan ke tanah Bugis di Soppeng.
Begitu vila ini jadi dan siap huni, Ratu Wilhelmina dan Ratu Juliana malah batal berkunjung ke Soppeng karena faktor keamanan perang saat itu. Keduanya pun tak pernah menerima hadiah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Bumi Latemmamala, julukan untuk Kabupaten Soppeng.
Meski sang ratu tidak pernah merasakan tidur di villanya, warga hingga kini tetap menamakannya Villa Yuliana, yang merujuk kepada nama Ratu Juliana.
Kini, bangunan yang dibangun dengan gaya arsitektur Indis, dengan perpaduan gaya Eropa dan gaya lokal Bugis itu beralih fungsi menjadi museum dan landmark Bumi Latemmamala.
Penjelasan Juru Pelihara Villa Yuliana
Villa Yuliana dibangun di lokasi strategis yakni di puncak perbukitan Jalan Pengayoman Watansoppeng. Vila Yuliana berdekatan dengan rumah jabatan Bupati Soppeng.
Lokasi vila juga terbilang strategis. Di bawah bukit, terdapat sebuah masjid Agung Darussalam dan taman kalong.
Juru Pelihara Villa Yuliana, Mustafa mengatakan villa awalnya disiapkan untuk akomodasi bagi ratu saat berkunjung ke Sulawesi Selatan. Meski tak sempat dipakai ratu Belanda, vila ini sempat digunakan sebagai kediaman resmi para pejabat Belanda.
“Dari tahun 1957-1992 Villa Yuliana belum pernah ditempati. Barulah ditempati pada 1992-1995 yang digunakan sebagai rumah penginapan perwira muda dari pemerintah daerah, polisi, dan pejabat tinggi lainnya,” kata Mustafa dilansir dari detik.com Ahad 20/02/22.
Mustafa mengaku sudah 8 tahun mengabdikan diri sebagai juru pelihara vila. Dia mengatakan Vila Yuliana juga dianggap sebagai simbolis penyerahan kekuasaan dari Kerajaan Soppeng untuk Pemerintah Kolonial Belanda.
“Kerajaan Soppeng dianggap sebagai salah satu kerajaan lokal di Sulawesi Selatan yang telah setuju untuk menandatangani perjanjian untuk penyampaian power kepada Pemerintah Kolonial Belanda (Korte Veklaring). Kemudian pada tahun 1908, pemerintah daerah seluruh kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan telah diintegrasikan ke dalam Pemerintahan Kolonial Belanda,” kata Mustafa.
Meski sudah berusia seabad lebih, Villa Yuliana belum pernah direnovasi total kecuali bagian atapnya yang pernah berganti asbes. Seiring berjalannya waktu, bagian atap kembali menggunakan atap sirap seperti awalnya.
“Atap sirap itu kita pesan khusus di Kalimantan. Bahannya dari kayu ulir. Dan memang lama kalau di pesan,” pungkasnya.(HK/tim)
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.