Tukang Bubur Naik Haji, Warsini: Sabar Kuncinya

oleh -
oleh
Tukang bubur naik haji, Warsini

Sidrap, MitraSulawesi.id– Masih ingat dengan sinetron tukang bubur naik haji yang hits di tahun 2012?

Ternyata tukang bubur naik haji tidak hanya terjadi di sinetron, hal itu juga terjadi di dunia nyata. Seperti kisah dari wanita asli Kediri, Jawa Timur, Warsini.

Ya, Warsini merupakan tukang bubur yang naik haji pada tahun ini. Kisah Warsini di bagikan di laman resmi Kemenag (16/07).

Niat dan kerja keras Warsini dengan menyisihkan tabungan dari penghasilan jualan bubur berhasil menginjakkan kakinya di tanah suci Kota Mekah.

Perempuan berusia 60 tahun ini merupakan satu dari ratusan jamaah haji asal Balikpapan, Kalimantan Timur yang baru saja tiba di tanah air setelah menjalankan ibadah haji.

Warsini mengaku bersyukur dan bahagia karena bisa mewujudkan cita-citanya pergi ke Mekah. Sejak muda ia merantau dari tanah kelahirannya di Kediri, Jawa Timur ke Balikpapan. Sejak saat itu juga ia memiliki tekad untuk menabung demi berangkat haji.

Warsini dan suami memutuskan merantau setelah suaminya berhenti bekerja sebagai karyawan perusahaan. Saat itu anak-anaknya masih kecil. Demi bisa menyambung kehidupan, Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, dan bubur sumsum dibantu sang suami.

Baca Juga:  Hanya Waktu 7 Bulan Kapolda Sulsel Berhasil Amankan Puluhan Kilo Sabu-sabu

Demi mewujudkan cita-citanya naik haji, ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung.

“Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, bubur sumsum, saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini yang kami lansir di detik.com.

Warsini yang menjadi salah satu jamaah kloter pertama pulang ke Tanah Air, Kamis (15/07). Ia bercerita bahwa proses menabungnya ini tidaklah sebentar.

“Penghasilan dari jualan bubur tak tentu, tapi setiap harinya saya sisihkan untuk nabung pergi haji, cita-cita saya sejak muda, pergi haji. Lama nabungnya, tapi saya tetap sabar,” sambungnya.

Tak sekedar mencari untung demi mendapatkan pundi-pundi rupiah, Warsini juga mengharapkan berkah dari jualannya. Setiap hari Jumat, ibu tiga anak ini mencanangkan program Jumat Berkah.

Pada hari-hari biasa harga setiap porsi buburnya dihargai Rp7.000, namun setiap Jumat harganya menjadi Rp5.000. Ia juga menggratiskan buburnya bagi siapapun yang ingin makan bubur tapi tidak memiliki uang. Cara ini dilakukan Warsini demi mendapatkan berkah.

“Setiap Jumat saya punya program Jumat berkah, saya turunkan harga jualannya, di hari biasa saya jual Rp7.000, setiap Jumat jadi Rp5.000. Jumat berkah ini sudah saya lakukan sejak memulai usaha ini. Saya cari berkahnya dengan menurunkan harga jualan saya,” lanjut perempuan yang sudah memiliki cucu ini.

Baca Juga:  Kecelakaan Lantas di Sidrap, Sedih ! Seorang Anak Meninggal

Dari kegiatan Jumat berkah ini juga Warsini berharap bisa menjadi tabungan kelak di akhirat.

“Saya juga sering memberi bubur gratis pada yang mau bubur tapi ngga punya uang, saya kasih, saya ikhlas sekali, yang saya cari tabungan nanti di akhirat, yang penting ikhlas, itu kuncinya,” kata Warsini yang akhirnya berangkat haji bersama sang suami.

Atas niat baiknya ini, Warsini juga menceritakan bahwa rezekinya semakin mengalir deras. Perempuan yang tinggal di wilayah Muara Jawa Balikpapan ini sering kebanjiran pesanan bubur di hari jumat.

Beberapa perusahaan di dekat tempatnya jualan bubur kerap memesan dalam jumlah banyak sekaligus.

“Perusahaan tahu Jumat berkah itu, sehingga banyak pesan untuk karyawannya, jumlahnya ngga tentu, 50-100 porsi. Alhamdulillah senang, disyukurin saja,” terang Warsini.

Ia juga membagikan pengalamannya ketika berada di tanah suci. Semua rangkaian ibadah haji terasa dimudahkan dan berjalan lancar.

Baca Juga:  Kasi Intel Rem 142/Tatag hadiri HUT Brimob Polda Sulbar

Selama di Arafah ia merasakan panas, tapi hal serupa juga dialami jemaah lainnya. Kemudian saat bermalam di Mina dan melempar jumrah, Warsini dan suaminya tidak menemui kendala berarti. Seluruhnya berjalan lancar hingga terakhir saat tawaf Ifadah.

“Saat lempar jumrah dan tawaf Ifadah, seluruhnya Alhamdulillah lancar,” katanya.

Ungkapan perasaan bahagia tak bisa disembunyikan Warsini, ia mengaku sangat bahagia sekaligus sedih tatkala pertama kali melihat Ka’bah. Tidak banyak doa yang ia langitkan pada Tuhan saat itu karena ia sudah sangat bersyukur bisa mengunjungi tanah suci.

“Sedih, senang, bersyukur, ya Allah. Doa saya, hanya minta sehat, minta rezeki yang berkah, dan minta ke sini lagi sama anak, cucu, menantu, doa saya begitu saja, sama dengan doa yang dipanjatkan saat di Arafah,” kata Warsini.

Selama 12 tahun waktu tunggu Warsini untuk berangkat haji tampak sudah terbayarkan. Bisa kembali ke tanah suci bersama keluarga besarnya menjadi doa yang ia panjatkan.(HK/tim)


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.