Karya : Sitti Zaenab Al Fitriyah
Gejolak darah memberontak, tak kuasa melihat perpecahan
Gemetar tubuh, gemeretak gigi, mengepal tangan saat melihat pertikaian.
28 Oktober tahun 1928
Saat ikrar lantang digaungkan
Sebuah ikrar untuk persatuan
Ikrar sumpah pemuda satu tanah air, satu bangsa, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa INDONESIA!
Menggetarkan sejarah, merasuki sanubari dan darah.
Perbedaan tak lagi menjadi tembok penghalang
Tonggak persatuan telah tertambat dalam dada
Tekad sumpah pemuda, bergejolak dalam darah.
Sumpah itu tak akan pudar ditelan zaman
Menjadi pilar utama perjalanan bangsa
Membingkai mata rantai nan kokoh, Bhinneka Tunggal Ika
Melingkar saling mengait, menggenggam saling menguatkan
Merajut segala cita dan doa untuk negeri tercinta.
….
Namun kini…. Saat kulihat para pemuda pemudi
Jejak perjuangan mulai pudar perlahan
Akhlak dan moral seakan terkikis oleh zaman
Tidakkah engkau malu kepada para pejuang?
Adat timur yang menjunjung tinggi norma kesopanan
Tak lagi menjadi acuan, tersingkirkan oleh adat barat kebebasan.
Adat orang Makassar
Aklapara’ pacce ampaenteng sirik
Aklamung sikuntu gauk bajik
Sipakatau sipakainga sipakalakbirik
Sudah jarang terlihat pada pemuda masa kini.
Wahai para pemuda dan pemudi Indonesia
Alirkan semangat pejuang dalam darahmu
Terlampau banyak prestasi, menunggu untuk diraih.
Wahai generasi penerus perjuangan bangsa
Bangkitlah, perjuangan belum usai
Berjuanglah, merajut mimpi Ibu Pertiwi yang tertunda
Demi Gowa, demi negeri kita tercinta, demi Indonesia
Gowa, 30 Oktober 2022
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.