Bukan Konflik dan Bukan 7 Oktober

oleh -

Karenanya menjadi tanggung jawab kita semua umat Islam untuk melakukan semua yang memungkinkan merubah dan meluruskan semua itu. Apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober lalu tidak bisa dipisahkan dari semua peristiwa yang terjadi sejak sekelompok kecil Yahudi dari Eropa diberikan sebongkah tanah oleh penjajah Inggris di negara Palestina yang kemudian dideklarasikan sebagai negara Israel. Sejak itu kekerasan demi kekerasan dan perlakuan yang tidak manusiawi kepada bangsa Palestina terjadi. Karenanya sejak itu pula perlawanan atau resistensi bangsa Palestina untuk mendapatkan kembali hak-hak asasinya terjadi.

Maka apa yang terjadi pada hari itu (7 Oktober) hanya bagian dari rentetan perlawanan (resistensi) panjang bangsa Palestina untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka. Perlawanan dan resistensi itulah yang berusaha dibungkam dengan berbagai pelabelan termasuk label “teror”. Jadilah bangsa Palestina seolah bangsa teroris yang menakutkan. Sesungguhnya hal ini bukan baru. Bukankah hal yang sama pernah diperlakukan kepada PLO dan Pemimpinnya Yaser Arafat ketika itu? Belakangan PLO justeru dianggap perwakilan resmi bangsa Palestina yang saat ini lebih populer dengan Faksi Fatah.

Baca Juga:  DPRD Ancam Bandara Haluoleo Akan Diblokade, Jika TKA Cina Tetap Mendarat

Intinya adalah bahwa berbagai “label” yang dikaitkan kepada perjuangan dan resistensi bangsa Palestina tidak lepas dari berbagai tekanan sistimatis untuk meredam pergerakan resistensi bangsa Palestina itu. Kita tahu jika label “radikal”, ekstrimist, hingga ke “terrorist” seringkali dipaksakan untuk tujuan dan kepentingan tertentu bagi pihak-pihak tertentu. Karenanya dengan segala “penolakan” kita kepada semua itu, harusnya kita jeli dan mampu memilah-milah mana yang murni kejahatan dan mana yang dipopulerkan untuk kepentingan politik tertentu.

Semua upaya penyesatan itu menjadi bagian dari kejahatan yang dibentuk (designed) oleh kelompok tertentu yang punya kepentingan untuk meyakinkan bagi Israel untuk tetap menjajah dan melakukan pembunuhan dan genosida. Salah satu konsekuensi jahat itulah sedang dipertontonkan saat ini, seolah hiburan bagi mereka yang tidak memiliki hati (heartless).

Saya hanya ingin mengingatkan kita semua sekali lagi bahwa saat ini manusia sedang memamerkan kekejaman yang tak lagi terjangkau oleh nalar bahkan oleh rasa kemanusiaan (human sense). Kekejaman itu ada pada beberapa sisi. Ada pelaku kekejaman (Israel). Ada yang membantu kekejaman itu secara langsung (Amerika, Jerman, Inggris, dll). Ada pula yang membantu secara tidak langsung dengan kerjasama politik dan diplomasi (beberapa negara Arab/Muslim). Dan apa pula yang membantu kekejaman ini dengan menonton tanpa melakukan apa-apa, Walau sesungguhnya punya kapasitas untuk berbuat.

Baca Juga:  Kadiv Humas Polri Buka Pertandingan Menembak Pemimpin Redaksi

Minimal kekejaman yang dipertontonkan saat ini adalah ketika kita diam dengan perlakuan jahat Israel itu. Belum lagi ada pihak yang kemudian mencari topeng dengan menggali kesalahan yang bisa ditimpakan kepada bangsa Palestina. Ketika bangsa Palestina melakukan perlawanan dan ada kaum sipil yang menjadi korban seolah itulah sumber segala permasalahan yang terjadi saat ini. Warga sipil Israel yang ditahan oleh pejuang Palestina saat ini dijadikan alasan untuk menuduh Palestina sebagai pihak penjahat. Mereka lupa bahwa ribuan orang Palestina yang berada di tahanan/penjara-penjara Israel, termasuk anak-anak dan wanita, mereka bahkan mengalami perlakukan yang sama sekali tidak manusiawi dari pihak keamanan Israel.

Baca Juga:  Cegah Wabah Covid-19, Babinsa Nusukan Gelar Operasi Masker

Karenanya kita perlu dan harus kembali membangun kesadaran bahwa masalah Palestina bukan konflik dua kelompok. Tapi isunya adalah penjajahan; penjajah dan terjajah. Dan isu yang lebih kini adalah bahwa kekejaman; pembunuhan massal (mass killings), penghapusan etnis (ethnic cleansing) dan genosida (genocide) yang sudah di luar ambang nalar sehat manusia itu bukan sekedar dipicu oleh serangan 7 Oktober 2023 lalu. Tapi memang itulah perilaku penjajah Israel yang tidak manusiawi (inhumane) dan tidak memiliki hati nurani (heartless). Dan ingat, hal ini sudah terjadi sejak 75 tahun lalu. Nothing is new!

What a tragedy in a world claimed to be modern and civilized!

Jamaica NY, 12 Mei 2024


Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan