Tapi yang terjadi (tentu secara iman karena dijaga Allah atau ma’shun) justeru beliau menjadi intan permata yang indah dan bernilai. Di tengah kesyirikan yang begitu dalam pada masanya beliau justeru mampu memisahkan diri dan menjadi sosok yang menemukan keimanan dan kebenaran yang hakiki. Proses-proses yang dilalui juga adalah proses unik. Dari bintang-bintang ke bulan lalu ke matahari yang disangkanya Tuhan, pada akhirnya sampai kepada kesimpulan bahwa: “sesungguhnya Tuhan adalah yang mencipta langit dan bumi. Dan kepadaNya semata dia berserah diri”.
Perjalanan hidup Ibrahim semuanya menggambarkan transformasi itu. Beliau secara individu bertransformasi menjadi sosok yang tidak saja berakidah “tauhid”. Tapi menjadi pilar dan akar ketauhidan dalam kehidupan manusia. Beliau kemudian dikenal sebagai “Abul ambiya”. Dari beliaulah terlahir begitu banyak nabi dan Rasul yang membawa risalah Tauhid ke seluruh penjuru alam semesta.
Jika saja realita ini kita kaitkan dengan konteks kita umat Islam di Dunia Barat justeru khawatir yang terjadi adalah sebaliknya. Bahwa kita datang dari latar belakang Islam dan iman. Namun lambat laun karena berhala-berhala kehidupan menjadikan kita justeru terjatuh ke dalam dunia kesyirikan. Berhala-berhala itu bukan lagi dalam wujud patung-patung. Tapi wujud modern yang lebih berbahaya. Salah satunya adalah berhala materialisme yang kerap menggeser posisi Tuhan dalam kehidupan kita.
Kedua, transformasi keluarga melalui keimanan dan ketaatan.
Transformasi kedua yang sangat penting untuk kita ingat dan tauladani dari Ibrahim AS adalah transformasi keluarga. Bahwa beliau berlatar belakang keluarga yang berkarakter kesyirikan. Ayah beliau bahkan dikenal sebagai pembuat patung-patung yang menjadi sembahan raja dan masyarakat.
Namun Ibrahim dengan perjuangan dan pengorbanannya telah membawa Transformasi keluarga yang sangat Istimewa. Bagaimana keluarga Ibrahim dalam sejarah menjadi keluarga yang menjadi pelopor ketauhidan dan ketaatan (ketakwaan). Itulah yang diabadikan dalam Al-Quran dengan doanya: “waj’alna imaaman lil-muttaqiin”.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.