Isra’ Mi’raj dan Realita Ummat – 02

oleh -1 views

Sebelum lanjut membicarakan peristiwa berikutnya, perlu disampaikan bahwa pada tataran akademis pembahasan tentang Isra’ Mi’raj memang agak dilemma. Pertama karena rincian peristiwa ini tercatat dalam banyak riwayat hadits dari minimal dua puluh orang sahabat. Di Kitab Al-Bukhari saja ada enam orang sahabat yang meriwayatkan peristiwa ini dengan riwayat yang cukup panjang. Bahkan sebagian besar hadits di periode Mekah itu berbicara tentang Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW.

Hal kedua yang perlu dicermati adalah bahwa hadits-hadits yang meriwayatkan peristiwa Isra Mi’raj itu ada yang berbeda dalam penyampaian cerita. Maka Ulama Islam kemudian memberikan arahan bahwa ketika ada perbedaan narasi (penyampaian) tentang peristiwa itu maka cari yang paling autentik (sahih). Jika keduanya sama-sama dalam kesahihan maka usahakan dilakukan rekonsiliasi atau penafsiran yang bisa menghubungkan keduanya.

Baca Juga:  Pesan Cendekiawan Sekaligus Raja Tallo, Buat Pemimpin Gowa

Satu hal yang dinarasikan secara berbeda oleh Hadits adalah di mana Rasulullah berada di malam ketika akan terjadi peristiwa itu? Di satu riwayat disebutkan beliau berada di Hatim (populer dengan Hijir Ismail sekarang). Namun di riwayat lain disebutkan bahwa beliau sedang di rumah dan dalam situasi antara tidur dan terbangun. Para Ulama kemudian melakukan rekonsiliasi kedua hadits itu. Bahwa di malam itu Rasulullah berada di rumahnya dan dalam keadaan hampir tertidur, lalu Jibril datang mengangkatnya ke Hatim (Hijir Ismail) untuk melakukan proses selanjutnya. Jadi sesungguhnya kedua riwayat itu tidak bertentangan. Hanya perlu rekonsiliasi penafsiran.

Baca Juga:  Komunitas Pemerhati Sejarah Bukit Tamalate, Sisir Pemandian Air Panas Gowa

Namun perlu diakui juga bahwa karena peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa yang sangat bersifat personal pada diri Rasulullah SAW dan tidak ada orang ketiga yang terlibat (hanya Rasulullah dan Jibril) sehingga cerita-cerita yang sampai kepada para sahabat pastinya diterima secara berbeda-beda. Namun semua itu tidak mengurangi nilai kesahihan peristiwa itu karena sebelum berbicara tentang hadits kita diyakinkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an.


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.