Ironis, Kepulangan Siswa SMKS Tidak Digubris Oleh Pemkab Muna

oleh -
oleh
22 Siswa SMKS usai melakukan praktek kerja industri di daerah Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Muna, mitrasulawesi.id – Sebanyak 22 siswa Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), berhasil dipulangkan usai melakukan praktek kerja industri di daerah Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Kamis (21/5).

Siswa SMKS Kelautan dan Perikanan tersebut melakukan praktek di kota yang memiliki julukan ‘Hoghwarts van java’ sejak Desember 2019 sampai 16 Maret 2020, namun saat pihak sekolah akan menarik dari lokasi kegiatan, pemerintah Kabupaten Pati saat itu melakukan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat Covid-19, sehingga selama tiga minggu mereka harus mendekam di kos-kosan, dimana tempat peristirahatan mereka dikenai biaya per orangnya sebesar Rp50 ribu rupiah setiap harinya.

Kepala SMKS Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna, La Halisi mengungkapkan, sebelumnya Ia sudah meminta bantuan kepada pemerintah Kabupaten Muna untuk memulangkan peserta didik kami karena penerapan PSBB, namun selama tiga hari bantuan tersebut belum terpenuhi.

“Karena saya tidak bisa tangani mereka sendiri sehingga saya melaporkan hal tersebut ke Pemda Muna, agar ada solusi. Saat bertemu pak bupati, saya melaporkan bahwa siswa-siswaku tidak dapat dipulangkan disebabkan aturan yang terapkan oleh pemerintah Pati, sehingga saat itu Bupati Muna mengatakan akan membantu memulangkan mereka, namun sampai tiga hari saya menunggu, belum ada juga realisasi,” ungkap La Halisi.

Baca Juga:  Anggota DPR RI Himmatul Aliya Sosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan, Bang Japar Berterima Kasih

Lanjut Halisi, jika pihaknya bisa mengurus kepulangan siswanya tentu dirinya tidak akan meminta bantuan kepada Pemda Muna.

Ia bercerita, bahwa siswanya mengikuti praktek kerja industri selain dari Kota Pati juga ada di Kota Gresik. Namun untuk kelompok yang ada di kota Gresik, kata dia, bisa dipulangkan dengan menggunakan transportasi udara, sementara kelompok yang berada di Kota Pati masih terkatung-katung akibat penerapan PSBB.

“Saya sedih kepada mereka, apalagi saat itu mereka kehabisan uang saku, orang tua mereka juga sudah mentransferkan uang makan dan uang kos selama berada di Pati. Mengharukan, mereka harus tidur berdesak-desakan. Disana mereka menyewa dua kamar, satu kamar di tempati oleh 11 orang, yang lebih memprihatinkan 1 liter beras harus dibagi sebanyak 22 orang dalam sehari,” katanya.

Saat ditanya tentang kepulangan 22 siswa di Kota Raha, Ia mengatakan, bahwa hal itu tidak lepas dari bantuan salah satu media daring.

Dijelaskannya, saat itu salah satu anggota Group Whatsapp alumni SPG membaca berita tersebut, kemudian menghubungi dirinya dan bertanya tentang anak didiknya yang masih berada di Jateng, dengan maksud ingin membantu memulangkannya.

“Rekan-rekan saya saat itu langsung menemui saya di rumah pada Kamis malam, dan menawarkan akan membantu memulangkan siswa-siswaku, namun saat itu saya bilang ke mereka bahwa hal ini sudah dilaporkan ke pihak Pemda, jadi saya harus konfirmasi ke mereka dan saya minta ke meraka itu untuk tidak mengambil alih dulu. Saya katakan, agar rekan saya itu memberi waktu saya sampai besok untuk menyampaikan bagaimana kesiapan Pemda dalam hal membantu kepulangan mereka,” ucapnya.

Baca Juga:  Sulbar Resmi Lakukan Pemeriksaan PCR Postif Covid-19

Namun, lanjut dia, keesokan harinya ternyata dirinya mendapat jalan buntu, sebagaimana yang didelegasikan untuk mengurus kepulangan siswa SMKS tidak ditemuinya, dirinya sempat meminta nomor handphone Bupati Muna, akan tetapi Ia mendapatkan jawaban bahwa orang nomor satu di Bumi Sowite itu tak memegang handphone, sehingga diberilah kontak ajudannya, namun saat dihubungi nomor tersebut tidak aktif.

“Saya kehabisan informasi dan tidak berharap lagi ke Pemda Muna. Pada malam harinya datang lagi rekan saya itu yang juga merupakan alumni SPG, kemudian mereka menanyakan apakah ada jawaban dari Pemda, saya katakan bahwa informasi putus. Kemudian saya menyerahkan berkas siswa saya agar bisa dipulangkan ke kampung halaman sebelum lebaran,” bebernya.

Ditambahnya, saat siswa-siswa telah sampai di Kota Raha, barulah dirinya dihubungi bahwa 22 siswanya tersebut sudah berada di Jalan Dr. Sutomo. Mereka di tempatkan di salah satu rumah tim pemenangan Rajiun Tumada.

Baca Juga:  Kinerja KLHK Mendapat Apresiasi dari Komisi IV DPR RI

“Saya juga kaget kalau mereka sudah berada di Kota Raha dan sudah ditangani oleh Masyarakat Pecinta Rajiun (MPR), yang jelas saya ucapkan terima kasih. Saya harapkan ini tidak dikaitkan dengan politik. Semoga ini murni bantuan kemanusiaan,” tandas La Halisi.

Di tempat yang sama, anggota MPR, Jaya mengatakan, bahwa apa yang dilakukan anggota MPR tidak ada tujuan lain, hal itu dilakukan karena semata-mata dorongan hati nurani Bupati Muna Barat, LM. Rajiun Tumada untuk membantu sesama.

Sebab, dari 22 siswa tersebut, ada dua orang yang merupakan warga Muna Barat, satu lainnya warga Buton Tengah, dua orang dari Buton Utara dan 17 siswa asal Kabupaten Muna.

“Ini murni bantuan kemanusiaan jangan dipelintir dengan politik. Bapak Rajiun melalui video teleconference mengatakan, bahwa hal itu dilakukan karena faktor kemanusiaan, yang penting meraka telah sampai dengan selamat, bisa berkumpul dengan keluarga saat lebaran dan semuanya dalam keadaan sehat,” pungkasnya. (AA)


Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan