Media, Stigma, dan Covid-19

oleh -
Penulis, Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Reski Arsita Dewi

Makassar, MitraSulawesi.id– Coviid19 merupakan penyakit menular yang muncul pada akhir Desember 2019, virus ini memicu berbagai reaksi masyarakat seperti ada yang serius, cemas, hingga panic dari reaksi tersebut muncullah stigma di masyarakat.

Stigma sosial merupakan tidak diterimanya seseorang pada suatu kelompok karena, dipandang berbeda dan sering menyebabkan pengucilan pada seseorang atau kelompok di lingkungannya diantaranya seperti orang berpenyakitan sehingga stigma sosial banyak memunculkan asumsi – asumsi dengan melabeli orang lain seperti korban, wabah, penyebar, kasus, penular,dll.

Terkait beberapa bulan belakang ini media lebih dominan menginformasikan mengenai covid ini. Bagaimanakah peran media dalam menyampaikan suatu informasi mengenai kasus covid 19 yang sedang marak – maraknya dibahas sana sini, apakah dapat menjaga stigma masyarakat ataukah sebaliknya?

Baca Juga:  Ramadhan Fest 2022 Diskop Berakhir, Peserta UMKM: Terima Kasih Dinas Koperasi UKM Sulsel

Stigma harus dilihat secara satu kesatuan karna stigma tidak semata – mata sebuah perilaku yang tidak baik tapi stigma dapat menimbulkan marginalisasi, dan memperburuk status kesehatan dan tingkat kesembuhan. Stigma sangat berkontribusi terhadap tingginya angka kematian, “kata Direktur Pencegahan Dan Pengendalian Kesehatan Jiwa Dan Napza, Kementerian Kesehatan Fidiansjah dalam keterangannya Di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19.

Baca Juga:  Kabar Baik, Bapenda Putihkan Denda Pajak Kendaraan Bermotor

Upaya – upaya yang dapat dilakukan dalam melawan kasus covid 19 ini tidak hanya dengan penanganan fisik tetapi juga kondisi psikologisnya tetap harus diperhatikan. Contohnya kasus perawat yang distigma mendapat perlakuan tidak patut dilingkungannya karena terpapar covid dan meninggal dunia, bahkan saat proses pemakaman masih mendapat penolakan.

Disinilah media berperan untuk menjaga stigma masyarakat untuk tidak panic, cemas, bahkan takut yaitu dengan menginformasikan berita ataupun konten terkait pencegahan, penanganan, dan hal – hal yang harus dilakukan ketika muncul gejala seperti demam, dan batuk. Tak lupa pula sebarkan berita baik misalnya kesembuhan pasien, hingga kisah perjuangan tenaga medis dalam menagani wabah ini sehingga tidak muncul stigma akibat dari kepanikan tersebut.

Baca Juga:  Ismail Backtiar, Gelar Temu Literasi Kabupaten Wajo, dan Undang Tokoh Literasi Nasional

Penulis
Reski Arsita Dewi


Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan