Bank BI Sulsel Gelar Diseminasi Bisnis Rumput Laut di Selayar

oleh -

Meski demikian, budidaya tersebut berkembang di wilayah Kepulauan yang juga ada berberapa tempat di wilayah Pulau Selayar.

“Pembudidaya rumput laut pada umumnya hanya sebatas pembibitan dan pemeliharaan kemudian dijual dalam bentuk rumput laut basah dan kering, sementara untuk pengolahan rumput laut basah sangat terbatas pemanfaatannya,” ungkapnya.

Menurutnya, jauhnya akses lokasi pemasaran hasil budidaya keluar Selayar, merupakan salah satu faktor terbatasnya kegiatan usaha berlanjut.

Saiful Arif menegaskan bahwa hal tersebut bisa menjadi bahan diskusi dalam diseminasi tersebut untuk sebuah solusi yang harus ditempuh.

“Jauhnya jarak untuk memperoleh bibit yang berkualitas menjadi tantangan tersendiri bagi para pembudidaya rumput laut di Kabupaten Kepulauan Selayar. Belum lagi ditambah cuaca buruk, dan iklim yang tiba-tiba berubah sehingga menyebabkan tanaman rumput laut mengalami kerusakan hingga gagal panen. Ini adalah tantangan yang kami hadapi di Selayar,” pungkasnya.

Baca Juga:  Polres Selayar Siapkan 150 Personel Gabungan Amankan Debat Paslon Kedua di Makassar

Saiful Arif meminta agar peserta diseminasi menyampaikan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam budidaya rumput laut.

Sementara Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, M. Firdaus Muttaqin dalam materinya memaparkan kondisi perekonomian makro Sulsel dan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Terkait dengan hasil kajian yang didiseminasikan, Firdaus mengatakan terdapat beberapa hal melatarbelakangi penyusunan kajian tersebut.

Salah satunya, meskipun Sulawesi Selatan merupakan produsen terbesar rumput laut di Indonesia, namun daya saing rumput laut Sulawesi Selatan masih berada di bawah beberapa provinsi lainnya, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tengah.

Dibandingkan provinsi-provinsi tersebut, produksi rumput laut Sulsel belum cukup menjadi unggulan diantara komoditas lainnya, meskipun sudah memasok ke wilayah lain bahkan ke luar negeri.

Baca Juga:  MBA Salurkan Ratusan Paket Bantuan Beras di Pasilambena

Lanjut Firdaus, sebelum 2017, produksi rumput laut di Kabupaten Kepulauan Selayar pernah berjaya, namun perubahan iklim, menurunnya kualitas lingkungan, serta motivasi pembudidaya yang menurun membuat berkurangnya produksi rumput laut.

“Pada tahun 2022 tercatat produksi rumput laut di 642 ton atau 0,02% dari produksi Sulsel,” ungkapnya.

Dalam diskusi dan tanya jawab, beberapa rekomendasi pengembangan model bisnis rumput laut dipaparkan oleh narasumber peneliti BRIN antara lain, mendorong
penerapan model investasi rumput laut berbasis masyarakat sebagai usaha bersama dalam peningkatan produktivitas yang saat ini masih belum optimal.

Lebih lanjut, permasalahan terkait perubahan iklim, maupun kualitas lingkungan yang menurun dapat diatasi melalui pembuatan laboratorium penghasil varietas baru rumput laut yang tahan terhadap kondisi lingkungan di Selayar.

Baca Juga:  82 Narapidana Rutan Selayar Dapat Remisi Umum 17 Agustus

Para narasumber juga mengemukakan, dalam mendorong kembalinya keberminatan pembudidaya, tentunya kerja sama dengan koperasi dalam pembinaan maupun peningkatan aspek manajerial dapat menjadi salah satu solusi.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memberikan support bagi pengembangan model bisnis rumput laut di Kabupaten Kepulauan Selayar, baik melalui fasilitasi korporatisasi petani dan kemitraan petani dengan perusahaan skala sedang dan besar serta kerjasama pelatihan pembudidaya. (KXN)


Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan