Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi
Semua amalan ritual yang ada di bulan Ramadan, puasa, tarawih, tilawah, ragam tasbih dan dzikir, harusnya mengantar pada situasi kehidupan sosial yang lebih baik. Perubahan kehidupan sosial ke arah yang lebih baik itulah yang kita maksud dengan transformasi atau “perubahan mendasar” (foundational change).
Tiga hal mendasar telah disampaikan terdahulu. Perubahan kwalitas iman dari iman yang bersifat pasif ke Iman yang berkarakter aktif. Juga bahwa Ramadan hendaknya menjadi momen terbaik untuk melakukan transformasi hati dan jiwa. Hati dan keadaan kejiwaan (mental state) inilah yang kemudian menentukan terjadinya transformasi yang ketiga. Yaitu pentingnya membangun akhlak karimah atau prilaku yang baik (mulia).
Empat: Ramadan harus menjadi bulan untuk merekatkan kembali hubungan kekeluargaan. Berbicara tentang keluarga ini tentu yang paling esensial adalah unit keluarga terkecil. Biasanya disebut di Amerika dengan “immediate family members”. Mereka ini jika di Amerika bisa disponsori izin tinggal misalnya. Pasangan suami-isteri, orang tua-anak merekalah yang masuk ke dalam kategori ini.
Makna transformasi keluarga di bulan Ramadan adalah mencoba merajut kembali relasi kekeluargaan yang rentang tercabik-cabik karena banyak faktor. Salah satunya adalah kerena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang telekomunikasi dan informasi.
Kita sadar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selamanya bersahabat dengan aspek kemanusiaan kita. Sebaliknya bahkan boleh saja membawa kepada hal-hal yang tidak dikehendaki (undesirable).
Kemajuan alat komunikasi, khususnya media sosial, benar-benar menjadikan dunia kita terdisrupsi (mengalami gangguan) secara mendasar. Tidak saja bahwa nilai-nilai kemanusiaan itu terlupakan. Seringkali nilai-nilai kemanusiaan (human values) itu yang seharusnya menjadi pegangan kehidupan manusia tergantikan oleh inovasi keilmuan dan teknologi.
Salah satu nilai yang terabaikan dengan kemajuan alat komunikasi (means of telecommunications) adalah kerekatan relasi antar anggota keluarga. Di sini terjadi fenomena paradoksikal. Asumsinya alat-alat komunikasi itu menjadikan komunikasi antar manusia, khususnya keluarga, menjadi lebih dekat. Justeru yang terjadi sebaliknya. Terjadi kerenggangan dan seringkali miskomunikasi antar manusia, termasuk antar anggota keluarga terjadi.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.