Renggangnya komunikasi dan miskomunikasi yang terjadi ini menjadikan satu nilai mengecil bahkan terasa telah hilang. Nilai itu dikenal dalam agama dengan “silaturrahim” (hubungan rahim). Rahim yang dimaksudkan pada kata itu adalah karakter relasi yang penuh kasih sayang (rahmah). Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang telekomunikasi, menjadikan relasi antar manusia, termasuk keluarga, yang kehilangan nilai “rahmah” itu.
Saya melihat bahwa cara komunikasi kita dalam dunia saat ini sangat berbeda, bahkan sangat jauh dari nilai-nilai pada komunikasi masa lalu kita. Ambillah contoh bagaimana momen-momen koneksi kekeluargaan itu begitu kental di masa lalu melalui santapan makanan bersama. Orang tua dan anak, suami-isteri, bahkan keluarga jauh seringkali makan bersama. Sesuatu yang sederhana tapi sangat dalam makna dalam mengekspresikan relasi antar anggota keluarga itu.
Situasi itu kini telah minim bahkan tergantikan. Suami dan isteri masing-masing sibuk dengan dirinya dan alat komunikasinya. Orang tua dan anak juga demikian. Masing-masing sangat tergantung pada alat komunikasi yang ada di tangannya. Akibatnya terjadi tidak saja “gap komunikasi”. Tapi nilai relasi rahim (silaturrahim) tadi itu menjadi minim dan gersang. Hubungan antar anggota keluarga pun semakin gersang dan renggang.
Di sinilah Ramadan hadir untuk memungkinkan terjadinya transformasi itu. Ambillah satu bentuk amalan yang dijadikan kembali sebagai tradisi. Makan bersama di satu meja bersama seluruh anggota keluarga. Di waktu sahur misalnya. Yang kemudian dilanjutkan dengan Sholat subuh berjamaah bersama di mesjid atau di rumah jika Masjid memang jauh dari rumah. Tradisi ini akan dengan sendirinya merekatkan kembali relasi kekeluargaan (silaturrahim) itu.
Apalagi sekiranya waktu dan kesempatan itu ada hendaknya di rumah-rumah keluarga Muslim ada Halaqah Keluarga selama Ramadan. Di Halaqah ini masing-masing anggota keluarga memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan isi hati dan kepala. Di sini akan terjadi selain silaturrahmi juga silatul fikri(menyambung ide dan pikiran).
Sesungguhnya pembiasaan makan bersama dengan anggota keluarga akan membawa dampak positif untuk terbangunnya komunikasi positif bagi anggota keluarga. Sesuatu yang telah terdisrupsi secara mendasar dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selama ini. Sekali lagi Ramadan menjadi momen yang tepat untuk mereparasi itu kembali. Semoga!
Manhattan City, 4 Ramadan 1445H
*Presiden Nusantara Foundation
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.