Oleh Imam Shamsi Ali Al-Kajangi
Pada tulisan sebelumnya disampaikan bahwa urgensi hijrah dan penanggalan Hijriyah itu adalah simbol identitas keumatan sekaligus dasar bagi terbangunnya umat secara komunal. Intinya Hijrah merupakan langkah awal dalam membangun umat secara komunal menuju kepada kemenangan (fath mubin) yang telah dijanjikan.
Pertanyaan yang kemudian timbul di benak adalah apa saja yang Rasulullah lakukan sejak Hijrah hingga terjadinya kemenangan (fathun mubin) dengan ditaklukkannya kembali kota Mekah?
Sebelum sampai kepada hal-hal atau langkah-langkah Rasulullah dalam membangun komunitas (umat) di Madinah, ada satu hal yang perlu saya garis bawahi. Bahwa semua proses yang terjadi dalam perjuangan Rasulullah itu selain terbangun di atas “Iman dan tawakkal” yang solid, juga dengan perencanaan yang matang dan rinci. Bukan asal-asalan (serampangan) atas nama iman dan tawakkal.
Jika kita pelajari secara dekat apa-apa yang Rasulullah lakukan sebelum Hijrah, kita akan kagum betapa rinci dan strategisnya Rasulullah dalam melakukan perencanaan. Dari pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh Madinah melalui peristiwa bai’ah Satu dan dua di selama di musim Haji di Mekah, pengiriman Mus’ab ibnu Umair untuk melakukan serangkaian diplomasi (Dakwah), eksodus pengikutnya dari Mekah dengan aman, persiapan Abu Bakar (bekal dan dua onta), hingga bagaimana di momen-momen menegangkan malam itu.
Malam itu sangat krusial menentukan dan sangat menegangkan. Tekad kaum kafir Mekah bulat akan menghabisi nyawa Rasulullah. Rasulullah tentu menghadapi itu dengan penuh keimanan dan tawakkal. Tapi juga sangat rinci dalam mempersiapkan semuanya sehingga selamat dan sukses dalam perjalanan itu. Pertemuan dengan Abu Bakar diatur sedemikian rupa. Ali ditugasi menggantikannya di atas tempat tidur di kediamannya. Petunjuk jalan (seorang non Muslim tapi amanah) disewa. Hingga strategi arah perjalanan diatur sedemikian rupa sehingga para algojo yang telah siap penuh memenggal leher Rasulullah itu gagal.
Saya tidak perlu rincikan segalanya. Yang ingin saya garis bawahi adalah bahwa dalam perjuangan itu diperlukan perencanaan yang matang dan rinci serta dengan strategi yang solid. Umat Islam masa kini seringkali melakukan segalanya secara ambradul dan secara tiba masa tiba akal. Umat Islam Indonesia akan nampak seperti itu ketika memasuki musim politik. Bagaimana umat mudah terkalahkan karena seringkali serampangan, tanpa perencanaan dan strategi yang matang.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.