Oleh Shamsi Ali Al-Newyorki
Awal Nopember tahun 2024 lalu, untuk pertama kalinya Zohran Mamdani hadir di wilayah Jamaica Queens sebagai kandidat dalam pencalonan dari Partai Demokrat. Ketika itu Zohran belum dikenal luas, bahkan di saat peluncuran kampanyenya hanya didukung oleh 1% pemilih Demokrat di Kota New York. Bahkan di kalangan Komunitas Muslim sendiri masih ada keraguan untuk mendukungnya secara terbuka. Ada dua situasi yang ingin saya sampaikan untuk menggambarkan keraguan itu.
Satu, di bulan Ramadan lalu (Maret 2025) saya menjadi pembicara di Kantor Kepolisian New York dalam acara buka puasa bersama. Setelah ceramah, saya didatangi oleh seorang tokoh Islam yang cukup dikenal. Beliau mengajak saya untuk bergabung dalam sebuah Koalisi yang dia bentuk untuk mendukung Andrew Cuomo. Ketika saya sampaikan bahwa saya telah memutuskan mendukung Zohran, dia dengan sinis mengatakan: “don’t waste you time and energy to support the defeating candidate. Better you support the winning one (Cuomo)”.
Dua, dalam sebuah acara pertemuan para Imam dan tokoh masyarakat Muslim di Kota New York saya meminta agar Zohran diundang dan diberikan waktu untuk mengenalkan diri sebagai kandidat. Organisasi yang mengadakan acara itu merespon dengan keraguan. Apakah dibenarkan mengakomodir seorang kandidat di acara organisasi keagamaan? Saya mengatakan minimal diterima sebagai pejabat, Councilman di State New York. Jawabannya: “we will talk to our Board of Trustees and let you know”.
Dua kejadian itu hanya bukti nyata betapa tidak mudah memberikan dukungan kepada seorang Saudara seiman karena pertimbangan pragmatis. Dia tidak dikenal dan tidak punya modal politik dan keuangan yang solid. Sementara lawan-lawannya, ketika itu ada Cuomo dan Eric, oleh sebagian dipastikan akan memenangkan pertarungan itu. Sebagian anggota Komunitas khawatir kehilangan privilege kedekatan dengan orang-orang di posisi kekuasaan.
Eksplorasi konten lain dari Mitra Sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.