Pandemi Covid19 Butuh Solidaritas Organik

oleh -
oleh
Penulis, Yayuk Astuti Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Sidrap

Sidrap, MitraSulawesi.id– Meminjam kutipan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS), Dr. Jamaluddin, M.Si. “Selama covid19 ini banyak yang menghimpun bantuan atas nama organisasi maupun komunitas dan itu banyak dari kalangan Pemuda, seandainya mereka ingin bersatu tentu bantuan yang diberikan yang mayoritas hanya kebutuhan satu kali pakai, bisa menjadi bantuan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat terdampak covid19”.

Statement tersebut disampaikan dalam dialog virtual DPD II KNPI Sidenreng Rappang yang menjadikan penulis sangat tertarik untuk membahas lebih jauh.

Dalam kondisi Pandemi Covid19 yang sedang menimpa masyarakat secara global ini semakin hari menunjukkan kejenuhan pada masyarakat Indonesia. Media sosial yang menjadi sarana pemberitaan massif perkembangan covid19 tidak menjadikan semua masyarakat sadar pentingnya mengikuti protokol kesehatan. Mereka merasa harus tetap hidup, dan hidup berarti kebutuhan ekonomi tetap terjaga. Satu-satunya alasan kuat masyarakat tetap beraktivitas diluar rumah adalah tuntutan ekonomi.

Baca Juga:  Opini : Pesantren Dan Tantangan Zaman

Karena dampak covid19 dipandang paling dominan adalah ekonomi, maka organisatoris dan relawan pun berupaya menghadirkan kemakmuran ekonomi bagi masyarakat. Belum lagi isu Bantuan pemerintah dari Kemensos, BLT Dana Desa dan lain-lain di anggap tidak merata kepada semua masyarakat. Dapat di saksikan melalui media bagaimana para relawan mengajak kepada masyarakat yang mampu untuk membantu meringankan beban ekonomi masyarakat yang tidak mampu sehingga kondisi hari ini begitu banyak bantuan ekonomi. Kesadaran saling berbagi telah menghegemoni semua lapisan masyarakat.

Sungguh menarik yang di sampaikan Dr. Jamaluddin, M.Si, bahwa bantuan sembako dari semua kelompok masyarakat (sebut relawan covid19) adalah bantuan satu kali pakai yang harus diberikan secara berkala, bukan satu kali. Tentu ini karena jumlah donasi setiap kelompok terbatas. Covid19 ini tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya, maka perlu memang merekonstruksi gerakan sosial agar bantuan yang diberikan kepada masyarakat dapat dipergunakan bukan satu kali pakai, tetapi bak modal yang digunakan untuk mengembangkan usaha.

Baca Juga:  Opini: Biografi Tokoh Pendiri DDI

Dalam kondisi covid19 ini, semua elemen telah menunjukkan eksistensinya menjadi bagian dari pencegahan dan penanganan virus corona. Semua merasa punya andil dan pada kenyataannya memang ada. Kepedulian itu sudah harus diikat dalam sebuah kata “Solidaritas”. Sebagaimana pendapat Durkheim dalam bukunya The Division of Labor in Society (1893) membagi solidaritas menjadi dua tipe, yakni solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik mengikat masyarakat oleh kesamaan sementara solidaritas organik mengikat masyarakat oleh perbedaan. Maka dalam kondisi mencekam pandemi ini semua potensi masyarakat baik yang berjalan secara individu maupun yang berjalan secara kelompok harus menyatu dalam perbedaan masing-masing. Pemerintah dengan kebijakan publik, tenaga kesehatan dan relawan dengan penanganan dan pencegahan langsung terhadap virus sampai pada masyarakat individu atas kesadaran memproteksi diri, pada saat ini juga harus mengikat diri dalam solidaritas organik. Karena solidaritas organik adalah ciri masyarakat modern. Semua lapisan masyarakat dalam berbagai banyaknya profesi harus menunjukkan kesatuan komando. Hal ini bukan hanya tentang perlawanan terhadap Covid19 namun juga tentang the new normal area. Kita harus siap bahwa setelah Pandemi ini berlalu, maka kondisi kita tidak mungkin sama sebelum Pandemi ini ada.

Baca Juga:  Opini : Sistem Informasi dalam Manajemen Pendidikan

Penulis
Yayuk Astuti


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.