Oleh: Imam Shamsi Ali
Sebagai seorang imigran, Muslim asal Indonesia, pernah mengenyam pendidikan dan tinggal di beberapa negara, lalu kini telah tinggal di Amerika lebih dari separuh umur, tentu saya banyak mengapresiasi kebaikan dan kelebihan yang dimiliki oleh negara ini. Dengan segala kekurangannya Amerika merupakan negara yang hebat, maju, dan kuat. Istilah super power (adi daya) mungkin tidak lagi relevan. Tapi dalam banyak hal Amerika masih “on the top”(teratas) dalam banyak kemajuan duniawi.
Amerika masih merupakan ekonomi terbesar dunia, walau dibayang-bayangi oleh China. Amerika masih kekuatan militer terbesar dunia, walau dibayang-bayangi oleh Rusia. Amerika masih mengendalikan kekuatan perpolitikan global, walau kekuatan itu tidak lagi terpusat (sentralisasi). Demikian pula universitas-universitas dan institusi penelitian dan keilmuan terbaik dunia masih di dominasi oleh Amerika. Ada Harvard, MIT, Yale, Princeton, dan banyak lagi yang merupakan universitas yang dikategorikan Evy League ada di Amerika.
Belum lagi posisi Amerika yang masih mengendalikan monetary dunia, di mana US dollar menjadi rujukan mata duit yang menentukan arah perdagangan global. Artinya kurs (mata uang) pun menjadi kaki tangan kekuasaan Amerika dalam mengendalikan dunia bahkan pemerintahan-pemerintahan di berbagai negara bisa dikendalikan sesuai arah keinginannya.
Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa ketika sebagian orang mengatakan Amerika sudah mulai melemah, saya tidak melihatnya pada aspek-aspek ukuran manusiawi pada umumnya. Karena secara duniawi, diakui atau tidak, Amerika masih merupakan negara yang sangat kuat (menghindari istilah super power).
Pertanyaan yang kemudian timbul di benak banyak orang, akankah Amerika kuat dan berkuasa selamanya? Akankah Amerika selamanya memiliki kemampuan untuk mendominasi dan seenaknya mengendalikan arah kebijakan dunia?
Jawabannya jelas dan tegas. Tidak ada bangsa sekuat apapun itu dalam sejarah manusia yang akan selamanya berada di posisi “upper hand” (kuat dan berkuasa). Bangsa-bangsa dalam sejarahnya mengalami kemajuan, lalu stagnan, kemudian mengalami degradasi dan kemunduran, pelan atau mendadak. Dari bangsa Roma, Persia, Mongolia, India dan China, hingga ke dunia yang lebih identik dengan umat Islam (Khilafah) mengalami masa emas dan keruntuhan. Mungkin contoh terdekat dalam ingatan kita adalah runtuhnya Uni Soviet yang begitu kuat secara militer ketika itu.
Realita ini diabadikan oleh Al-Qur’an: “Dan pada hari kami pergilirkan di antara manusia” (Al-Qur’an).
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.