Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi
Hari Ahad, tgl 7 Juli kemarin menjadi hari yang sangat penting. Hal itu karena hari itu adalah tgl 1 Muharram 1446 Hijriyah. Sebuah hari yang seharusnya menjadi hari selebrasi bagi umat ini. Hari yang sayogyanya disikapi dengan kegembiraan dan suka cita. Tidak saja karena merupakan tahun baru bagi Islam. Tapi juga memiliki nilai sejarah penting (historical significance) dalam rentetan perjalanan sejarah Islam.
Adalah Umar Ibnu Khattab, Khalifah Rasyidah kedua, yang menetapkan calendar Islam bagi umat ini. Penetapan awal penanggalan ini juga ditandai dengan peristiwa sejarah yang penting tadi. Yaitu hari Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah. Hari yang menjadi penentu survival (keberlanjutan) Dakwah Rasulullah SAW.
Pemilihan Hijrah sebagai awal bagi penanggalan (kalender) Islam bukan tanpa makna. Pemilihan ini juga sesungguhnya memiliki makna yang sangat signifikan dalam perjalanan sejarah Islam dan umat. Hal ini juga tidak lepas dari kenyataan bahwa Umar Ibnu Al-Khattab adalah seorang sahabat yang memiliki intelijensia yang tinggi. Bukan hanya kepintaran akal. Tapi yang terpenting adalah kepintaran batin (spiritual intelligence) yang sangat tajam.
5 tahap perjuangan hingga kemenangan
Jika kita menelusuri derap langkah perjuangan Rasulullah dalam mendakwahkan agama ini, akan kita dapati lima tahap penting yang dilalui hingga tercapainya “fathan mubina” (kemenangan besar itu).
Pertama, kelahiran Muhammad yang lebih populer di dunia Islam dengan “Maulid Nabi”. Beliau yang terlahir itu bukan sekedar seorang manusia (basyar) seperti kita semua. Tapi yang terlahir adalah manusia terbaik dan termulia (Khaerul anaam) sekaligus penghulu (sayyid) dan penutup (khatam) para nabi dan Rasul. Yang lebih penting lagi beliau diamanahi oleh Pencipta langit dan bumi untuk membawa agama dalam formatnya yang sempurna ke seluruh penjuru dunia. Semua ini menjadikan kelahirannya menjadi sangat Istimewa dalam perjalanan sejarah Islam.
Kedua, diangkatnya Muhammad (SAW) menjadi nabi dan Rasul Allah. Hal itu ditandai dengan turunnya wahyu pertama kepada bellai “Iqra’”. Dengan pengangkatan beliau menjadi nabi dan Rasul yang dikenal dengan “bi’tsah ar-Rasul” ini jalan juang dimulai. Langkah juang sejak itu berjalan ke depan tanpa henti dan tak akan mundur. Sebagaimana sikap Rasulullah di saat diiming-imingi dengan ragam janji duniawi agar dakwahnya dihentikan.
Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.