Taraf Hidup Masyarakat dalam Bayang Covid-19

oleh -
oleh
Penulis, Mahasiswi Universitas Negeri Makassar (UNM), Dewiyanti

Makassar, MitraSulawesi.id– Bertahan atau musnah. Kalimat tersebut yang sedang kita alami saat ini, mengapa tidak masyarakat telah hidup dalam bayang yang sangat kelam, mempertaruhkan nyawa demi selamat dari sebuah virus yang sangat mengancam.

Penasihat WHO, Prof. David Heymann yang merupakan spesialis penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine menggambar COVID-19 akan seperti HIV. Semua infeksi baru bisa saja kelak menjadi penyakit yang akan terus ada, sebagaimana HIV yang masih banyak diidap oleh orang-orang di seluruh dunia.
Berkaca pada Tiongkok, meski mereka telah berhasil menyembuhkan sebagian besar pasien COVID-19 dan mencabut kebijakan lockdown, namun mereka tetap saja dihantui oleh ancaman gelombang kedua. Jadi, kapan waktunya physical distancing berakhir juga belum ada jawaban yang tepat.

Baca Juga:  Opini : Konsep Dan Fungsi Manajemen Di Lembaga Pendidikan Islam

Menjalani hidup dalam isolasi diri telah banyak memberikan dampak pada kondisi sosial-ekonomi. Meskipun semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa physical distancing dengan menerapkan metode karantina dan isolasi diri dinilai efektif, namun hal ini jelas membuat kita merasa bosan. Kemudian, banyak di antara kita yang mulai bertanya-tanya berapa lama pandemi COVID-19 ini akan berlangsung.
Berbagai dampak yang ditimbulkan dan dirasa cukup berat adalah penurunan penerimaan pajak, terutama dari sektor perdagangan. Seperti diketahui, pajak memiliki fungsi budgeter, yaitu sebagai salah satu sumber dana dalam pembangunan, baik pemerintahan pusat maupun daerah. Penerimaan pajak dari sektor perdagangan ini mempunyai kontribusi besar dalam penerimaan pajak.

Baca Juga:  Opini: Mekanisme Distorasi Pasar Perspektif Islam

Terganggunya pasokan bahan baku sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi bagi para pelaku usaha. Karena kegiatan produksi menjadi tidak lancar, banyak perusahaan mengalami kesulitan karena berkurangnya pendapatan sehingga tidak mampu membayar para pekerja. Sehingga gelombang PHK tidak bisa dihindari. Akibatnya, banyak orang kesulitan mencari penghasilan, dengan demikian akan mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga:  Pengurus Nasional Karang Taruna Harus Bertanggungjawab atas Dualisme Kepengurusan di Sulsel

Jika wabah ini semakin berlarut-larut maka akan semakin mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan pelaku ekonomi. Data Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam.

Penulis
Dewiyanti


Eksplorasi konten lain dari mitra sulawesi

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.